Peneliti Jepang "Sharing" Arsip Bencana di Unsyiah
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Universitas Syiah Kuala bekerja sama dengan unit penelitian "Memories and Resources", Fakultas Perpustakaan, Informasi dan Media Studi, Universitas Tsukuba, Jepang dan Disbudpar Aceh telah mengadakan internasional symposium, yang bertemakan Preserving and Using Disaster Archives: Linking Japanese & Indonesian Experiences ini, berlangsung di Ruang VIP AAC Dayan Dawood. (Senin, 3/4).
Internasional simposium ini dihadiri oleh beberapa profesor peneliti dari beberapa universitas di Jepang seperti (Tsukuba, Fukushima, Kobe, dan Kobe Gakuin) dan beberapa Kurator Museum (Nagasaki Museum, dan Fukushima Museum) dan staf perencana dari Kota Okuma.
Wakil Rektor I Unsyiah Dr. Hizir, menyambut hangat delegasi asal Jepang yang telah bersedia datang ke Unsyiah untuk menyukseskan kegiatan ini. Aceh dan Jepang memiliki memori yang sama terhadap bencana. Oleh Sebab itu, ia berharap melalui kegiatan ini Aceh dan Jepang bisa saling bertukar informasi terkait mitigasi bencana.
Selain itu, Hizir berharap, delegasi Jepang bisa menikmati suasana Aceh yang saat ini telah jauh kondusif, serta bisa menikmati berbagai objek wisata dan kuliner Aceh yang menarik. Kesan baik selama kunjungan di Aceh, lanjut Hizir, diharapkan bisa mempererat hubungan Aceh dan Jepang.
Pada kesempatan ini, Hizir juga menyampaikan harapan Rektor Unsyiah Prof.Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng yang berhalangan hadir. Di mana Rektor berharap, melalui pertemuan ini Unsyiah bisa menjalin kerja sama yang lebih erat dengan beberapa kampus yang ada di Jepang.
"Kerja sama itu bisa berupa pertukaran pelajar, riset bersama ataupun symposium internasional seperti hari ini," ungkapnya.
Profesor of Library, Information and Media Studies, Universitay of Tsukuba, Shirai Tetsuya mengungkapkan, delegasi Jepang sangat berterima kasih atas sambutan Unsyiah terhadap mereka. Shirai Tetsuya mengatakan, bahwa Jepang memiliki pengalaman yang panjang terkait penanganan bencana. Namun, informasi tersebut tidak tersampaikan dengan baik terhadap masyarakat luar.
Padahal, pengalaman Jepang tersebut sangat bermanfaat untuk mengurangi jumlah korban bencana di berbagai negara khsusunya Indonesia. Untuk itulah, saat ini Jepang telah mengarsipkan data-data penelitiannya untuk di-sharing kepada masyarakat luar, sebagai upaya penanganan bersama untuk meredam dampak yang lebih luas terhadap bencana.
"Kami berpikir, Indonesia dan Jepang berada di ujung tombak yang sama dalam mengatasi permasalahan ini," ucapnya.
Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang dialog tentang topik "Arsip Bencana" dan untuk mempromosikan pemahaman dan penggunaan praktis "Arsip Bencana". Simposium internasional ini juga bersamaan dengan kunjungan profesor peneliti dari Jepang ke Aceh untuk berbagi pengalaman, berdiskusi dan mengunjungi beberapa tempat seperti Unsyiah, UPT Mitigasi Bencana Unsyiah, Magister Ilmu Kebencanaan (MIK) Unsyiah, Museum Tsunami Aceh, Museum Aceh, dan situs-situs tsunami lainnya. (MC Unsyiah)