Pengukuhan MAA Perwakilan Sumbar, Gubernur Nova Harapkan Jadi Duta Besar Adat Aceh
Font: Ukuran: - +
Gubenur Nova saat memberikan sambutan acara Pengukuhan Pengurus MAA Perwakilan Sumatera Barat, di Padang, Sumatera Barat, Senin (6/6/2022). [Foto: Humas BPPA]
DIALEKSIS.COM | Padang - Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT mengharapkan Majelis Adat Aceh (MAA) Perwakilan Sumatera Barat mampu mewujudkan dan meneruskan kebesaran adat Aceh yang telah diwarisi para leluhur.
"Sehingga di tanah rantau ini, adat Aceh dapat tampil sebagai “duta besar”, yang tentunya akan menjadi semacam paradigma bagi bangsa dan suku bangsa lain untuk mengenal Aceh lebih jauh," kata Gubernur Aceh dalam sambutannya pada acara Pengukuhan Pengurus MAA Perwakilan Sumatera Barat, di Padang, Sumatera Barat, Senin (6/6/2022).
Menurut Nova, adat merupakan khasanah tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh. Bahkan, adat juga sudah menjadi bagian dari kebijakan Pemerintah Aceh, dengan keberadaannya mendapat perhatian serius, yang tertuang dalam Visi Misi Aceh Hebat.
"Sebagaimana kita tahu, Aceh Hebat menjadi prioritas dalam menjalankan pemerintahan pada periode 2017-2022," kata Nova.
Sementara itu, ‘Aceh Meuadab’ adalah salah satu program unggulan Pemerintah Aceh yang merupakan ikhtiar untuk mengembalikan identitas keacehan, melalui implementasi nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan nilai-nilai Islami tersebut harus berlaku di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan seni budaya.
"Melalui penguatan pendidikan, serta penguatan budaya, adat istiadat dan kearifan lokal, diharapkan akan terwujud masyarakat Aceh yang santun, damai, cerdas dan berakhlak mulia, serta menjauhi sikap dan perilaku intoleran, fitnah serta adu-domba," katanya.
Hal itu tambahnya, bahwa adat Aceh diyakini sejalan dengan syariat Islam, seperti dalam sebuah ungkapan yang sangat populer, “Hukom ngen adat hanjeut cree, lagee zat ngen sifeut.” Ajaran Islam menjiwai dan memberikan spirit yang tinggi bagi pelaksanaan adat Aceh, dan tidak ada benturan antara adat Aceh dengan syariat Islam.
"Namun, kita maklum bahwa adat Aceh bukanlah norma yang kaku dan pasif. Adat Aceh adalah norma yang dinamis sejalan dengan jiwa orang Aceh, yang senantiasa menginginkan perubahan menuju perbaikan hidup norma yang terus berkembang," sebut Gubernur.
Ia menyebutkan dengan seiring berkembangnya jaman, adat Aceh memerlukan bentuk-bentuk adaptasi sekaligus pertahanan terhadap perkembangan teknologi dan dinamika masyarakat post modern.
"Seiring dengan semakin masifnya penggunaan internet dan media sosial, adat Aceh memerlukan penyebaran informasi melalui penulisan atau naskah tertulis yang dapat dibaca oleh generasi sekarang dan masa datang, karena tidak efektif lagi dituturkan hanya melalui pesan verbal," kata Nova.
Maka dengan menghadapi perkembangan dunia post modernis ini, diharapkan sumbangsih pemikiran Pengurus MAA tentang bagaimana cara yang efektif membangun gairah orang Aceh untuk terus bekerja keras, dan membantu memajukan gampong dan komunitas dalam berbagai bidang.
"Sebab kemajuan serta kesejahteraan negeri yang kita sama-sama impikan, tentunya berawal dari kemajuan gampong dan juga simpul-simpul diaspora Aceh yang ada di Sumatera Barat dan berbagai kota lainnya. Kita tahu, salah satu upaya memajukan gampong di Aceh adalah dengan membangun semangat lembaga-lembaga adat yang telah tertuang dalam Qanun Aceh," katanya.
Selain itu, Gubernur Nova juga berharap kepada para tetua Adat Aceh di Sumatera Barat untuk memberi solusi secara patut guna mengatasi berbagai persoalan yang kemudian muncul. Terutama di lingkungan perantau Aceh.
"Tentu saja, hal ini perlu dilakukan bersama-sama dengan para pemerhati dan pemangku kepentingan. Termasuk para ulama, akademisi, para cendekiawan, dan juga Pemerintah Aceh serta para tokoh dan cerdik-cendekia yang ada di Sumatera Barat," ujarnya.
Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia (PYM) Malik Mahmud Al Haytar mengatakan, kehadiran MAA Perwakilan Sumatera Barat diharapkan mampu sesuai dengan misi lembaganya untuk membangun masyarakat Aceh yang beradab, berbudaya berlandaskan dinul Islam.
"Tentunya bukan hanya buat masyarakat Aceh yang tinggal di Aceh, tapi juga bagi diaspora Aceh yang tinggal di seluruh Nusantara, bahkan diberbagai belahan dunia," kata Wali Nanggroe.
Untuk itu, ia berharap sebagai perantauan, wajib meninggikan adat dan budaya Aceh yang berlandaskan dinul Islam tanpa menyampingkan adat istiadat di masing-masing tempat dimana pun berada. "Kehadiran MAA Perwakilan Sumatera Barat tentunya sangat membantu cita-cita tersebut," sebutnya.
Wakil Gubernur Sumatera Barat, Dr. Ir. Audy Joinaldy, S.Pt., M.Sc., M.M., IPM, ASEAN.Eng, mengatakan, pemerintahnya sangat terbuka dengan keberadaan masyarakat Aceh di Sumatera Barat yang diperkirakan saat ini sekitar lebih dari 10 ribu jiwa.
"Kami pemerintah Sumatera Barat sangat terbuka bagi siapapun yang tinggal di sini untuk mecari rezeki, kami sangat senang dengan masyarakat Aceh," kayanya.
Apalagi tambahnya, Aceh dengan Sumatera Barat, dari segi kebudayaan, makanan, hingga dalam segi hal agama dinilai sangat menyerupai. "Pandangan terhadap budaya dan agama kita bilang serupa," katanya.
Dengan pengukuhan pengurus MAA Perwakilan Sumatera Barat oleh Gubernur Nova, ia mengaku sebuah kehormatan bagi mereka. Karena langsung dilakukan oleh orang nomor satu di Provinsi Aceh.
"Jika ada kekurangan, kami minta maaf. Ke depan tentunya kolaborasi, silaturahmi seperti ini harus tetap terjaga dan terjalin," ujarnya.
Sementara itu, Ketua MAA terpilih perwakilan Sumbar, Dr Sulaiman Juned S.Sn., M.Sn., mengatakan, dengan dilantik kepengurusan MAA Perwakilan Sumatera Barat, niat baik untuk menjaga dan merawat potensi kekayaan struktur adat istiadat dan budaya Aceh dapat hidup dan lestari di tanah Minang ini.
"Mari kita niatkan dengan tulus ikhlas sebagai masyarakat Aceh, dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Juga memiliki niat dengan tulus ikhlas dengan bersama-sama merawat adat istiadat dan budaya Aceh, yang tentunya berdamai dengan Aceh, yang tentunya berdamai dengan jamannya agar tetap hidup kebudayaan di negeri ini," katanya.
Sulaiman menyebutkan, manusia sering kali silang pendapat, namun dengan adanya adat istiadat dan kebudayaan sesungguhnya yang dapat merekatkan keretakan tersebut.
"Oleh karena itu, dipandang perlu organisasi ini di Sumatera Barat bagi masyarakat Aceh yang bertujuan merekatkan kedekatan manusia, menghilangkan perbedaan, selanjutnya menyungguhkan kebersamaan di tengah masyarakat Aceh yang hidup di perantauan," sebutnya.
Maka ia mewakili pengurus baru MAA Perwakilan Sumatera Barat berharap agar masyarakat Aceh di perantauan dapat bekerja sama dengan saling isi mengisi dan saling membutuhkan.
Dalam acara itu turut hadir Ketua MAA Tgk Yusdedi, Kepala Sekretariat MAA Darmansyah S.Pd.,MM, Kepala Sekretariat Wali Nanggroe Aceh, Azhardi, AP, M.Si, Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA), Almuniza Kamal SSTP MSi, Ketua Ikatan Keluarga Aceh-Taman Syiah Kuala (IKA-TSK) Sumatera Barat, serta Staf Khusus Wali Nanggroe Aceh, DR. Rafiq dan Kamaruddin Abubakar (Abu Razak). [BPPA]
- Gubernur Nova Surati Pemerintah Pusat, Minta Bandara SIM Dibuka Penerbangan Intenasional
- Gubernur Nova Apresiasi Respon Cepat AirAsia Layani Rute Penerbangan ke Aceh
- Gubernur Nova Sampaikan Rancangan Qanun Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBA TA 2021
- Buka Rakerda, Gubernur Aceh Apresiasi Dekranasda Konsisten Dampingi Perajin