DIALEKSIS.COM | Takengon - Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah melalui Dinas Perkebunan berupaya memperluas areal penanaman tembakau Gayo, menyusul meningkatnya permintaan dari industri rokok. Saat ini, luas lahan tembakau yang disediakan daerah itu sekitar 800 hektare, dan ditargetkan bertambah menjadi 1.000 hektare.
Musim tanam tembakau ditargetkan selesai akhir Agustus 2025, dan proses penyemaian telah dimulai di Kecamatan Atu Lintang. Lahan 800 hektare tersebar di enam kecamatan diantaranya Kecamatan Bintang, Peugaseng, Rusip, Atulingtang dan linge,
Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menjadikan tembakau Gayo sebagai komoditas unggulan daerah yang mampu bersaing di pasar nasional.
Kepala Dinas Perkebunan Aceh Tengah, Sabrin, menyebutkan nantinya akan memperluas lahan tembakau untuk memenuhi kebutuhan bahan baku salah satu pabrik rokok swasta di Aceh.
“Perusahaan tersebut membutuhkan pasokan tembakau Gayo kering minimal satu ton per hari maksimal tiga ton per hari. Koperasi Bintang Gayo menjadi salah satu mitra utama dalam rantai pasok tembakau kering,” kata Sabrin kepada Dialeksis.com Jumat (11/7/2025).
“Sudah dilakukan rapat koordinasi untuk membahas pengembangan tembakau ini. Kita targetkan perluasan 500 hektare di enam kecamatan, yaitu Bintang, Pegasing, Rusip, Atu Lintang, Linge, dan satu kecamatan lainnya,” ujar perwakilan Koperasi Bintang Gayo.
Sabrin menyebutkan, selain mendukung sektor industri, pengembangan lahan tembakau Gayo juga dinilai dapat memberikan dampak positif terhadap pendapatan daerah, khususnya melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).
“Potensi tembakau Gayo sebenarnya masih besar, hanya saja selama ini kendala utamanya ada pada sisi pemasaran,” tambahnya.
Selama ini, tembakau hanya menjadi tanaman pendamping bagi petani di dataran tinggi Gayo. Hanya sebagian kecil yang secara khusus membudidayakannya secara intensif karena terbatasnya permintaan pasar. Dengan adanya kebutuhan industri yang tinggi.
Tidak hanya itu, Dinas Perkebunan Aceh Tengah, akan mendukung petani melalui program pelatihan, pendampingan teknis, serta bantuan benih dan bibit tembakau. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi petani secara berkelanjutan.
“Kami akan membantu petani dengan pelatihan dan pendampingan. Termasuk juga dalam proses penyemaian bibit dan distribusi benih unggul,” terangnya.
Meski pengembangan tembakau kerap dikaitkan dengan UU kesehatan, namun dapat membantu peningkatan perekonomian masyarakat.
“Memang tembakau ini kadang bertentangan dengan UU kesehatan. Tapi tembakau ini adalah salah satu sumber pendapatan negara terbesar dari sektor cukai. Kita berharap kesehatan dan ekonomi masyarakat bisa imbang,” pungkasnya. [rg]