kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Perpustakaan Aceh: Transformasi Menjadi Oasis Literasi Modern

Perpustakaan Aceh: Transformasi Menjadi Oasis Literasi Modern

Senin, 05 Februari 2024 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Dr. Edi Yandra, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh. [Foto: net]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Dalam sorotan eksistensi gemerlap perpustakaan wilayah Aceh, masyarakat kini menjadi saksi perubahan luar biasa yang mengubahnya menjadi pusat literasi modern dan penuh inspirasi. 

Agar terang informasi utuhnya Dialeksis.com, Minggu (4/2/2024) berbincang santai bersama Dr. Edi Yandra, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, mengungkapkan keberhasilan perpustakaan ini dalam menyulap dirinya menjadi magnet inspiratif di tengah masyarakat.

Dirinya mengawali penjelasan bahwa pembangunan gedung perpustakaan sejak tahun 2017 bukan hanya menciptakan struktur fisik, tetapi juga memberikan ruang bagi perkembangan intelektual dan kreativitas.

"Dengan konsep 'Mall Baca', perpustakaan tidak hanya dianggap sebagai tempat membosankan, melainkan sebuah destinasi yang menggabungkan hiburan dan pembelajaran," jelasnya.

Edi Yandra menyoroti bahwa gedung megah ini, sebagai simbol transformasi, kini menyajikan fasilitas yang melibatkan pengunjung dari berbagai kelompok usia. Dari kafe yang nyaman hingga teater berkapasitas 75 orang, setiap sudut perpustakaan dirancang untuk memberikan pengalaman tak terlupakan.

"Antusiasme masyarakat terhadap perubahan ini terbukti dengan lonjakan pengunjung mencapai 1.800/perhari namun rata rata perhari 1000 orang," tambahnya.

Tidak hanya memperkaya koleksi buku, Edi Yandra menekankan bahwa pengunjung juga dapat menikmati pameran inklusi sosial yang membuka wawasan baru mengenai keberagaman masyarakat.

Edi Yandra menegaskan bahwa Perpustakaan Aceh bukan hanya pusat literasi, melainkan juga pusat interaksi sosial. Rencana untuk menambahkan kafe taman di tahun mendatang dianggap sebagai inovasi yang meningkatkan daya tarik destinasi ini.

Dalam upaya menanamkan budaya literasi di masyarakat Aceh, Edi menjelaskan bahwa proses pendaftaran sebagai anggota perpustakaan tidak hanya gratis, tetapi juga mencerminkan komitmen untuk menciptakan ruang inklusif bagi semua.

"Dengan berbagai layanan yang mencakup anak-anak, dewasa, dan teater, perpustakaan Aceh telah menciptakan contoh untuk revitalisasi perpustakaan di seluruh negeri," ungkapnya.

Edi Yandra menyimpulkan bahwa perubahan di perpustakaan wilayah Aceh tidak hanya terbatas pada transformasi fisik, melainkan juga mengubah paradigma tentang literasi di masyarakat.

"Dengan menggabungkan hiburan dan pembelajaran, perpustakaan Aceh membuktikan bahwa literasi dapat menjadi pusat inspirasi dan pertemuan untuk semua kalangan," tutupnya. [ra]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda