Sabtu, 02 Agustus 2025
Beranda / Berita / Aceh / Pesisir Aceh Utara Diambang Bencana Ekologis Akibat Berkurangnya Hutan Manggrove

Pesisir Aceh Utara Diambang Bencana Ekologis Akibat Berkurangnya Hutan Manggrove

Kamis, 31 Juli 2025 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Yayasan Geutanyoe bersama perusahaan migas asal Inggris, Harbour Energy, memulai program penanaman 5.000 batang mangrove di pesisir Gampong Puuk, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Lhoksukon - Yayasan Geutanyoe bersama perusahaan migas asal Inggris, Harbour Energy, memulai program penanaman 5.000 batang mangrove di pesisir Gampong Puuk, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara.

Penanaman ini merupakan lanjutan dari program rehabilitasi mangrove yang sudah dimulai tahun lalu, dengan 2.000 batang ditanam pada 2024.

Dalam kegiatan bertajuk kick-off meeting, Koordinator Monitoring dan Evaluasi Yayasan Geutanyoe, Iskandar Dewantara, mengungkapkan bahwa kondisi hutan mangrove di Aceh Utara saat ini tergolong kritis. Alih fungsi kawasan pesisir menjadi tambak dinilai sebagai penyebab utama kerusakan.

"Kondisi saat ini sudah kritis dan perlu dilakukan penanaman di daerah-daerah pesisir yang sudah hilang tutupan hutan mangrovenya. Hal ini karena terjadi alih fungsi dari kawasan mangrove menjadi kawasan pertambakan," ujar Iskandar kepada Dialeksis.com, Kamis (31/7/2025).

Namun upaya rehabilitasi tidak mudah. Menurut Iskandar, salah satu kendala utama adalah semakin sempitnya lahan yang bisa ditanami. Ditambah lagi, belum adanya penetapan resmi dari pemerintah daerah tentang zonasi kawasan mangrove.

"Kendala yang kami hadapi adalah semakin sedikitnya lahan yang bisa ditanami. Selain itu, belum ditetapkan oleh pemerintah daerah tentang kawasan mangrove di Aceh Utara. Harus ada pengakuan resmi dan masuk ke dalam tata ruang kabupaten," jelasnya.

Ketidakjelasan tata ruang ini berdampak langsung pada kerja-kerja lembaga non-pemerintah dalam menyelamatkan ekosistem mangrove.

Yayasan Geutanyoe menilai perlu adanya koordinasi lebih intens antara pemangku kebijakan dan masyarakat sipil untuk menyamakan persepsi soal perlindungan wilayah pesisir.

Menariknya, Iskandar menyebut bahwa saat ini pun belum ada data pasti soal berapa luas kawasan mangrove yang tersisa di Aceh Utara. Bahkan, kemungkinan terburuknya, bisa jadi kawasan mangrove alami sudah nyaris punah.

"Kalau itu (luas dan sebaran mangrove) kita harus cek dulu. Jangan-jangan di Aceh Utara tidak ada lagi hutan mangrove. Dan memang belum ditentukan oleh pemerintah kawasan tersebut," kata Iskandar.

Oleh karena itu, Yayasan Geutanyoe bersama Pemerintah Kabupaten Aceh Utara berencana duduk bersama dalam waktu dekat untuk membahas penetapan kawasan hutan mangrove yang resmi. Ini penting untuk memastikan perlindungan yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Program penanaman mangrove ini mendapat dukungan dari Harbour Energy, sebuah perusahaan minyak dan gas asal Inggris yang juga memiliki komitmen terhadap pelestarian lingkungan di wilayah operasinya. Penanaman 5.000 batang di Gampong Puuk merupakan bagian dari rangkaian kerja sama mereka dengan Yayasan Geutanyoe.

"Hari ini kita lakukan kick-off meeting sebelum penanaman. Lokasi yang kita pilih merupakan lanjutan dari program sebelumnya, yang pada 2024 lalu sudah menanam 2.000 batang," tambah Iskandar.

Hutan mangrove memiliki peran penting dalam menjaga garis pantai dari abrasi, menjadi habitat berbagai jenis biota laut, serta mendukung ekonomi masyarakat pesisir.

Namun, kerusakan masif yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir membuat banyak kawasan mangrove di Aceh mengalami penurunan fungsi ekologis.

Program rehabilitasi seperti yang dilakukan Yayasan Geutanyoe menjadi salah satu upaya mengembalikan fungsi tersebut. Meski begitu, menurut Iskandar, penanaman saja tidak cukup tanpa perlindungan hukum dan kesadaran masyarakat.

"Kami berharap setelah penanaman ini, ada kelanjutan berupa edukasi dan pengawasan, serta dukungan regulasi dari pemerintah. Ini bukan hanya soal tanam pohon, tapi soal menjaga kehidupan di pesisir," pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
hari lahir pancasila