Petani Butuh Sentuhan Milenial Memasuki Era Digital 4.0
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Sektor pertanian dan desa, merupakan sektor yang masih sangat kurang mendapatkan perhatian kaum milenial, sehingga para petani masih lambat dalam beradaptasi di era digital 4.0.
"Harga sebuah pepaya di level petani adalah dua ribu rupiah sekilo, ketika kita chek ke pasar online, harga bisa sampai dua puluh lima ribu rupiah," kata Muslahuddin Daud, seorang petani milenial dari Aceh yang mendapat kesempatan berbicara dan sharing di Teman Juara Show bertajuk: "Juara di Era Industri 4.0" di Jakarta, Sabtu (24/8) petang.
Muslahuddin Daud, seorang petani milenial dari Aceh, yang mendapat penghargaan Petani Modern 2017 versi MNC TV ini.
Dalam acara Juara Show, Mulahuddin menjadi pembicara tamu, diantara pembicara-pembicara lain seperti Prof Dr Rokhmin Dahuri (akademisi/Mantan Menteri Kelautan), Bunga Jelita (Putri Indonesia), Dochi Sadega (musisi, entrepreneur), Tyovan Ari Widagdo (CEO Bahaso) dan Reza Pahlevi (Kementerian Pariwisata).
Muslahudiddin menceritakan pengalamannya selama 13-an tahun di Bank Dunia dan pengalaman lapangannya selama 4 tahun sebagai petani.
Menurutnya, petani adalah kelompok rentan yang belum beruntung di era digital ini, karena kaum melinelial kurang memperhatikan petani.
"Dari sini saya menghimbau, mari kita semua memberikan perhatian untuk sektor ini, karena petani adalah salah satu elemen penting kemajuan bangsa," ujar putra kelahiran Meureudue, Pidie Jaya, itu.
Menurut Muslahuddin, dunia finansial teknologi (fintech) harus mampu menjadi jembatan persoalan krusial akses pasar petani agar mendapat nilai jual yang kompetitif.
Selain itu, proses budidaya para petani juga harus diketahui secara persis oleh calon pembeli.
"Disinilah kembali dibutuhkan teknologi untuk menjadi jembatan komunikasi antara petani dan pembeli yang akhirnya terjadi mutual benefit antara produser dan konsumer," kata pria yang baru mendapatkan kepercayaan sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Aceh itu.(me)