DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sejumlah petani di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Aceh, mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi menjelang musim tanam tahun ini. Pupuk jenis urea dan phonska yang menjadi kebutuhan utama untuk menunjang produksi pertanian, nyaris tak tersedia di pasaran.
Nuraini, salah seorang petani asal Tangse, menuturkan bahwa kelangkaan pupuk sudah berlangsung sejak beberapa pekan terakhir. Hampir di semua kios penyedia pupuk, stok tidak bisa dibeli, padahal musim tanam baru saja dimulai.
“Setiap desa katanya harus daftar lewat kelompok tani, tapi nyatanya hanya sebagian petani yang masuk daftar penerima. Namun, nama-nama yang sudah keluar pun sampai sekarang belum menerima pupuk dengan alasan stok tidak tersedia,” ujarnya kepada wartawan dialeksis.com, Jumat (12/9/2025).
Ia menambahkan, bila kelangkaan pupuk masih berlanjut, para petani terancam gagal panen. Kondisi itu menurutnya sangat memberatkan, karena biaya operasional pertanian sudah tinggi, sementara hasil produksi berpotensi merosot.
Hal senada diungkapkan Yusnizar, petani lainnya di Tangse. Ia mempertanyakan kejelasan alur distribusi pupuk bersubsidi yang dianggap tidak transparan. Menurutnya, banyak petani kecil kesulitan memperoleh pupuk tepat waktu, bahkan sebagian harus membeli pupuk non-subsidi dengan harga jauh lebih mahal.
“Kami menduga ada penyelundupan stok pupuk di saat musim tanam seperti ini, sehingga petani makin sulit. Padahal kebutuhan sangat mendesak,” ungkap Yusnizar.
Keresahan petani Tangse semakin besar karena kelangkaan pupuk muncul setiap kali musim tanam tiba. Mereka menilai persoalan ini berulang tanpa adanya penyelesaian yang jelas dari pemerintah maupun distributor.
Para petani berharap pemerintah daerah segera turun tangan memastikan distribusi pupuk bersubsidi berjalan transparan dan tepat sasaran. Mereka juga meminta adanya pengawasan ketat di lapangan agar pupuk benar-benar sampai ke tangan petani, bukan justru hilang di tengah jalan.
“Kalau masalah pupuk terus dibiarkan, bagaimana mungkin petani bisa sejahtera? Kami hanya ingin pupuk yang memang hak kami bisa sampai sesuai aturan,” pungkas Nuraini. [nh]