Beranda / Berita / Aceh / Positivity Rate COVID-19 Aceh 51,55 Persen, Ketua Persi: Butuh Reaksi Cepat dan Terukur Penanganannya

Positivity Rate COVID-19 Aceh 51,55 Persen, Ketua Persi: Butuh Reaksi Cepat dan Terukur Penanganannya

Minggu, 29 Agustus 2021 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : MHV

[Foto: doc persi.or.id]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat terjadi kenaikan kasus yang signifikan di Provinsi Aceh, positivity rate mencapai 51,55 persen. Positivity rate adalah angka yang menunjukkan seberapa besar orang terinfeksi virus corona di dalam sebuah populasi.

Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Aceh, Dr dr Azharuddin SpOT K-Spine mengatakan positivity rate yang tinggi dapat terjadi karena jumlah testing yang rendah. Upayakan agar dapat mencapai standar WHO, yaitu 1:1000 populasi per minggu. 

"Upaya tracking terhadap orang yang positif harus masif dilakukan. Minimal setiap ketemu satu orang yang positif maka harus melacak kontak erat yang bersangkytan sekitar 7-10 orang lainnya. Upaya ini diyakini mampu melokalisir dan memberi penanganan pada orang yang juga positif hasil tracking. Jika hal ini tidak dilakukan maka tidak akan habis-habisnya mata rantai tular, justru makin panjang dan makin banyak," jelas staf pengajar FK Unsyiah ini. 

Azharuddin menjelaskan, apakah pemerintah setempat sudah melalukan testing sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 15 tahun 2021 tentang Penetapan PPKM Darurat Jawa-Bali menetapkan target testing tiap kabupaten/kota.

Misalnya, untuk positivity rate <5% rasio tes minimal 1 per 1000 penduduk per minggu, 5-<15% rasio tes minimal 5 per 1000 penduduk per minggu, 15-<25% rasio tes minimal 10 per 1000 penduduk per minggu, sedangkan untuk positivity rate 25% atau lebih rasio tes minimal 15 per 1000 penduduk per minggu.

"Kita berharap pemerintah melakukan upaya 3T(Testing, Tracing, dan Treatment) sesuai panduan yang telah ditetapkan," harapnya. 

Selain itu, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di Aceh juga meningkat dibandingkan minggu sebelumnya, dari 56 persen naik menjadi 59 persen. Kondisi ini kata Azharuddin sudah warning akan ada bahaya yang lebih besar. Karena ada sekian persen dari yg dirawat Itu dengan kondisi berat dan kritis.

"Tidak akan pernah cukup ruang ICU/RICU di ruang rawat Pinere jika angka rawatan/BOR tinggi, dan biasanya disertasi dengan kematian harian juga tinggi," jelas mantan direktur RSUD Zainal Abidin ini. 

BOR yang masih tinggi juga dapat menyebabkan pasien terlambat ditangani dan meningkatkan kematian. Untuk itu, BOR yang tinggi perlu segera ditekan dengan mengkonversi tempat tidur di RS rujukan, dan memaksimalkan pemanfaatan tempat isolasi terpusat. Sebisa mungkin pasien positif tidak melakukan isolasi mandiri di rumah.

Azharuddin menambahkan, jika angka positif harian terus tinggi maka tidak mungkin semua yg butuh Rumah Sakit (RS) akan bisa tertampung dan juga tidak mungkin membangun RS khusus covid dalam waktu yang singkat, belum lagi ketersediaan SDM terkait yang bisa terpenuhi dengan mudah. 

Pemerintah kata Azharuddin, harus selalu mengimbau masyarakat untuk melaksanakan perannya terkait penanganan Covid-19. Karena, masih banyak masyarakat yang abai terhadap penerapan protokol kesehatan. 

"Pemerintah harus hadir, kapan saatnya menghimbau dan kapan saatnya law enforcement harus ditegakkan. Apalagi Undang-undang tentang kebencanaan sudah dikeluarkan sejak awal oleh pemerintah, nah tinggal kita lihat apakah sdh dijalankan dengan benar atau belum. Kalau belum terlaksana dengan baik, maka perbaiki dan lakukan dengan konsisten dan tegas," ungkapnya. 

Selanjutnya, kata Azharuddin untuk mencapai kekebalan komunitas (Herd Immunity), cakupan vaksinasi dalam satu kabupaten atau kota minimal 70 %. Untuk mencapai target tersebut harus memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, dan ada target terukur. Kalau mau gampang melihat realisasinya misalnya mulai lihat capaian vaksinasi dari kecamatan A bgmn?, Kabupaten/Kota B bgmn? Capaian provinsi C bgmn? Capaian negara D bagaimana? Jadi sangat jelas parameter yg bisa diukur. 

"Jadi dalam hal pandemic ini perlu keseriusan dan tanggung jawab semua pihak, dan tentunya ada aturan, guidelines yg bisa dipedomani dan dijalankan dengan sebaik-baiknya," ungkapnya. (MHV)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda