Psikolog: Interaksi Sosial Anak Tetap Perlu Dikembangkan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Indra Wijaya
Dra.Nur Janah Alsharafi, MM, CHt. (Foto: ist/dialeksis.com)
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tingginya intensitas belajar daring dari rumah akibat pandemi Covid-19 yang hingga kini pasien positif corona yang tersebar di dunia berjumlah 15,7 juta orang dan di Indonesia berjumlah 93.657 orang.
Akibat hal tersebut aktivits perkantoran, sekolah dan aktivitas yang melibatkan massa terpaksa diliburkan.
Aktivitas belajar mengajar daring menjadi solusi untuk tetap menjaga garis keilmuan yang ada. Terutama bagi anak yang tetap harus bersekolah secara daring massa pandemi Covid-19.
Piskolog Aceh Dra Psi Hj Nur Jannah Al Sharafi MPd mengatakan, belajar daring tentu membuat interaksi dan aktivitas sosial anak sedikit berkurang, saat ini anak lebih banyak berinteraksi sama keluarganya saja.
"Pertama dalam segi interaksi sosial. Dengan berkurang interaksi sosial di level anak yang sedang dalam masa berkembang, Sosial Skill anakpun semakin berkurang," kata Nur Janah saat dihubungi dialeksis.com, Sabtu (25/7/2020).
Menurutnya, jika sosial skill anak berkurang, yang disebabkan anak yang jarang berinteraksi dengan orang banyak, ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Sebab, sosial skill anak menurut Nur Janah, harus tetap diasah setiap harinya.
"Beruntung jika orang tua yang tinggalnya di komplek perumahan, ini dapat menjadi solusi untuk tetap menjaga sosial skil anak. Walauppun intensitas sosial skil anak berbeda saat di sekolah," ujarnya.
Kedua, keterampilan emosi (Emocional Skil). Menurutnya, keterampilan emosi anak selama belajar daring juga sediki berkurang. Saat anak berinteraksi dengan teman sebayanya, ia menjelaskan, keterampilan emosi anak dapat tumbuh.
"Anak dapat belajar dari temannya. Saat emosi marah itu seperti apa. Bagaimana cara mengekpresikannya dan hal ini akan berkurang, karena anak sudah jarang berinteraksi dengan teman sebanya," jelasnya.
Ia menjelaskan, keterampilan emosi ini akan didapat oleh anak, ketika anak berinteraksi di sekolah.
Dari aspek psikologis, ia menilai sistem belajar daring meski kurang bagus. Namun disisi yang lain pemerintah ingin menghindari penyebaran Covid-19 semakin meluas dan menghindari agar anak tidak tertular.
Ia memberikan solusi bagaimana anak tetap bersekolah namun dengan sistem protokol kesehatan yang ketat. Sistem ini juga ia mengatakan telah diterapkan oleh China.
"Di China anak-anak sudah sekolah. Tapi sekolah menerapkan standar protokol covid-19 yang ketat. Tempat duduknya itu seperti dikotak-kotak dan anak-anak tetap memakai masker, cuci tangan dan menggunakan face shield," ungkapnya.
Ia menyarankan kepada orang tua, agar tetap memberikan dukungan psikososial kepada anak. Terlebih untuk ibu-ibu yang bekerja.
"Dukungan psikososial ini harus perlu dilakukan oleh para orang tua. Jangan sampaikan dia libur dari sekolah, namun saat di rumah dia kesepian," pungkasnya (IDW)