kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Psikolog Klinis: Kesehatan Mental Juga Perlu Diperhatikan Bukan Hanya Kesehatan Fisik

Psikolog Klinis: Kesehatan Mental Juga Perlu Diperhatikan Bukan Hanya Kesehatan Fisik

Rabu, 13 Oktober 2021 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizky

 Psikolog Klinis, Mursal Sidiq. [Foto: IST] 


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia pada 10 Oktober lalu,  Psikolog Klinis, Mursal Sidiq menyampaikan bahwa kesehatan mental juga perlu diperhatikan bukan kesehatan fisik saja.

Mursal mengatakan jika berbicara tentang kesehatan mental sebenarnya perlu diketahui bahwa kesehatan mental itu sama pentingnya seperti kesehatan fisik apalagi kesehatan mental pada anak-anak, karena anak-anak merupakan penerus estafet kehidupan. 

"Salah satu penyebab terjadinya permasalahan kesehatan mental pada anak adalah akibat pelecehan seksual," ujarnya kepada Dialeksis.com, Rabu (13/10/2021).

Ia menjelaskan, kesehatan mental adalah keadaan sejahtera, dimana setiap individu menyadari potensinya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat serta mampu memberikan kontribusi kepada lingkungannya. 

"Kesehatan mental sangat diperlukan untuk fungsi pribadi yang efektif, hubungan antar pribadi (individu), keluarga dan kehidupan bermasyarakat. Biasanya faktor yang mempengaruhi kesehatan mental ada faktor sosial, psikologi dan biologis," jelasnya.

Sementara itu, kata Mursal biasanya kasus-kasus yang mempengaruhi kesehatan mental khususnya pada anak yang umumnya mereka anak aktif bermain dan menjalini aktivitas kesehariannya akan mengalami perubahan perilaku ,

"Seperti minat sosial menjadi rendah serta menarik diri dari lingkungannya sampai tidak ingin bertemu dengan orang lain biasanya mereka lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah saja karena mereka menganggap bahwa lingkungannya tidak aman," jelasnya lagi. 

"Kondisi sangat tidak baik untuk anak karena ini merupakan tanda anak sudah memiliki permasalahan pada mentalnya," tambahnya. 

Ia juga mengatakan beberapa kasus yang ditangani sangat mempengaruhi kondisi psikologis atau mental individu yang menjadi korban pelecehan seksual itu sendiri.

Ada beberapa kasus waktu lalu yang diseret oleh pelaku, dipaksa kemudian sampai menimbulkan rasa takut yang mendalam, itu juga akan mempengaruhi kesehatan mental. Tidak hanya itu, Mursal juga memberikan cara yang bisa dilakukan dari pihak keluarga.

“Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk mencegah kejahatan seksual adalah dengan cara mengajarkan Pendidikan seks usia dini kepada anak. Pendidikan seks usia dini bagi masyarakat adalah menganggap bahwa kita menceritakan bagaimana proses berhubungan intim kepada anak," tuturnya. 

Menurutnya, anggapan itu merupakan anggapan yang salah, Pendidikan seks usia dini adalah mengajarkan kepada anak bagaimana mereka menjaga bagian pribadi mereka, bagaimana tata cara buang air kecil pada anak laki-laki dan perempuan, mengenai perbedaan alat kelamin dan siapa saja yang dapat melihat area pribadi mereka sehingga ketika ada orang lain yang memegang area pribadinya anak mampu menolak. Dari itu bisa cepat melihat atau mengetahui kondisinya.

Selain itu, setiap orang tua harus membangun hubungan dengan anak, komunikasi itu penting dibangun sedini mungkin, misalnya kalau anak diajarkan kepada anak untuk bercerita, jadi orang tua akan cepat mendeteksi apa yang terjadi di lingkungan. 

Contohnya anak-anak yang suka main dokter-dokteran, padahal itu  jika ada memegang alat kelamin itu sudah nngak boleh dilakukan oleh orang lain karena itu area pribadi. Jadi, ketika orang tua ajarkan kepada anak mungkin anak akan lebih paham.

“Jadi bagaimana dengan anak yang sudah mengalami lalu apa yang bisa kita lakukan, biasanya anak yang mengalami pelecehan tidak langsung mengalami trauma. Untuk sampai pada tingkat trauma itu punya tahapannya, tahap trauma itu tidak langsung muncul, dia akan bertahap, mungkin pertama dia akan shock, stress, dan biasanya akan muncul setelah 6 bulan," jelasnya. 

Lanjutnya, jika setelah 6 bulan dia masih menunjukkan gejala- gejala tersebut, misalnya dia bertemu dengan orang yang mirip dengan pelaku dia akan lari, akan mengalami ketakutan, terus muncul keringat dingin itu baru dinamakan trauma. 

Ia juga menjelaskan ketika pemulihan tidak dilakukan maka anak akan mengalami trauma, kata Mursal trauma itu sama kayak luka jadi butuh penanganan yang serius. yang bisa ditangani oleh pihak keluarga dengan dibawa ke perlindungan anak dan perempuan, karena disana juga ada tenaga professional psikolog atau dibawa ke psikolog langsung. 

“Kalau ada pelaku seksual ayah kandungnya sebenarnya itu perbuatan yang salah, kenapa pelecehan itu bisa terjadi karena pola relasi kuasa antara anak dengan ayahnya, karena ada relasi kuasa membuat anak akhirnya tidak mampu untuk melakukan penolakan," katanya. 

Menurutnya, pada saat anak sudah mulai mengetahui tentang alat kelaminnya, anak sudah tidak boleh untuk mandi dengan orangtuanya, termasuk untuk mencebok anak, biasakan dia untuk membersihkan sendiri dengan bantuan orangtua. 

"Harapan saya mungkin orang-orang harus lebih paham mengenai hari kesehatan mental itu sendiri, orang juga harus lebih aware terhadap kesehatan mental, jangan hanya mementingkan kesehatan fisik karena mental ini juga harus diperhatikan,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda