Beranda / Berita / Aceh / Psikolog Poppy Amalia Beberkan Solusi Bijak Bagi Remaja Hadapi Pernikahan Dini

Psikolog Poppy Amalia Beberkan Solusi Bijak Bagi Remaja Hadapi Pernikahan Dini

Selasa, 14 Januari 2025 21:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Psikolog, Poppy Amalia. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh -.Pernikahan dini masih menjadi isu yang relevan di banyak negara, termasuk Indonesia. Terutama bagi remaja yang menikah di bawah usia 19 tahun, pernikahan ini dapat membawa dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan mereka, baik dari sisi psikologis, keuangan, maupun pendidikan.

Poppy Amalia, seorang psikolog, memberikan penjelasan tentang bagaimana pernikahan dini memengaruhi perkembangan psikologis remaja dan solusi bijak yang bisa dilakukan untuk menghadapinya.

Menurut Poppy Amalia, pernikahan di usia dini dapat menghambat proses pencarian identitas diri, yang sangat penting dalam kehidupan remaja. 

Pada usia di bawah 18 tahun, seseorang dianggap masih dalam tahap anak-anak, sementara setelah 18 tahun, seseorang memasuki fase dewasa dini. 

Namun, fase ini masih rentan dengan fenomena quarter-life crisis yang sering dialami oleh individu yang berada di usia 20 hingga 30 tahun. 

"Quarter-life crisis ditandai dengan kecemasan tentang masa depan, keraguan mengenai tujuan hidup, serta kesulitan menemukan identitas diri," kata Poppy kepada Dialeksis.com, Selasa (14/1/2025).

Poppy menjelaskan, pernikahan dini bisa memperburuk kondisi ini karena remaja tersebut terpaksa mengambil tanggung jawab yang berat seperti mengelola rumah tangga dan menghadapi permasalahan keuangan, yang bisa memicu stres. 

Selain itu, tantangan dalam mengelola keuangan keluarga dan tanggung jawab lainnya dapat menyebabkan kecemasan dan bahkan depresi.

Salah satu dampak yang sangat terasa dari pernikahan dini adalah stres keuangan. Remaja yang menikah lebih muda sering kali belum memiliki pekerjaan tetap atau pendapatan yang memadai, sehingga mereka kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Faktor-faktor seperti keterbatasan pendapatan, biaya hidup, dan tanggung jawab mengelola keuangan keluarga dapat memperburuk kondisi ini.

"Pernikahan dini juga sering menghambat pendidikan dan kesempatan karier. Banyak remaja yang harus mengorbankan pendidikan mereka setelah menikah, yang pada gilirannya mengurangi peluang mereka untuk berkembang di masa depan," ujarnya.

Meski demikian, Poppy juga mencatat beberapa dampak positif yang bisa timbul dari pernikahan dini. Misalnya, pernikahan dini dapat membentuk karakter dan memberikan pengalaman hidup yang berharga. 

Menghadapi tantangan hidup di usia muda dapat memperkuat mental dan tanggung jawab, serta membangun kesetiaan dan komitmen dalam hubungan. 

Dukungan emosional dari pasangan juga dapat memberikan kekuatan untuk menghadapi berbagai kesulitan.

Namun, Poppy menekankan bahwa dampak positif ini hanya dapat tercapai jika pasangan muda mendapatkan edukasi yang cukup tentang pernikahan dan kesiapan mental mereka. 

"Proses pendidikan sebelum menikah sangat penting untuk memastikan kesiapan emosional dan intelektual bagi remaja yang ingin memasuki jenjang pernikahan," jelasnya.

Berdasarkan dampak-dampak yang telah dijelaskan, Poppy Amalia memberikan sejumlah solusi bijak yang dapat diambil oleh para remaja jika mereka terjebak dalam situasi pernikahan dini. 

Solusi tersebut dengan memberikan pemahaman tentang konsekuensi pernikahan dini sangat penting. Remaja perlu diajarkan mengenai kesiapan fisik dan mental untuk menikah serta bagaimana cara mengelola kehidupan setelah menikah.

Selain itu, kata Poppy, dkungan orang tua sangat dibutuhkan agar pasangan muda mendapatkan bimbingan dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam pernikahan. Orang tua dapat memberikan perspektif yang lebih luas dan membantu mengatasi tekanan yang ada.

"Pernikahan dini bisa memberikan dampak yang kompleks bagi remaja. Namun, dengan pendekatan yang tepat melalui pendidikan, dukungan orang tua, konseling, dan legislatif yang mendukung, dampak negatif dari pernikahan dini dapat diminimalisir," pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI