Razuardi: Abdullah, Sosok Handal Kelola Ekonomi Masa Pensiun, Tak Kenal Ampun
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Abdullah, Mantan karyawan Kantor Pos Aceh menceritakan kisah saat bekerja di Kantor Pos Aceh. Kamis (22/07/2021).
"Saya pensiun tahun 2011, ka trép cit (sudah lama juga)," ujar Abdullah dalam dua bahasa, Indonesia dan Aceh.
Lanjutnya, "Saya mulai kerja, pada September 1983, dulu Kantor Pos cukup sibuk, karena belum banyak biro jasa pengiriman lain yang beroperasi," jelasnya menggambarkan era gemilang itu.
Ia menceritakan tentang kondisi keluarganya saat ini, "Aneuk lon limöng droe (anak saya lima orang)," jelasnya sembari menambahkan bahwa saat ini, sekarang tinggal tiga orang yang serumah dengannya. Bersama isteri dan anak-anaknya itu, Abdullah menetap di Desa Ceurih, Kecamatan Ulèe Karéng, Banda Aceh.
"Rumöh pribadi cit, lôn cok kredit away (rumah pribadi juga, saya ambil kredit dulu," tambahnya.
Lanjutnya kembali, "Masa itu saya pernah ditugaskan sebagai Kepala Pos Kecamatan, Cabang Peukan Bada, dan Balohan Sabang. Ada pensiun sekadarnya, hana rayeôk tujôh reutôh ribè sagai sibuleun (tidak besar tujuh ratus ribu saja sebulan)," terangnya.
Ia menceritakan kegiatannya setelah purna bakti, "Yang rutin saya kerjakan membantu abang dan keponakan memasang instalasi listrik dan air minum, kalau ada keluarga minta tolong macam-macam saya siap," lanjut Abdullah dengan mengulas pendapatan rata-rata per bulan dari kegiatan itu sebesar Rp 900 ribu.
Dirinya menambahkan, yang penting baginya ada kegiatan, terus bergerak bidang apa saja. Jangan ada gengsi.
"Kalau soal ekonomi, terpenting untuk makan hari-hari, cukup lah asal tidak minta macam-macam," katanya lagi.
Selain terlihat enerjik di usia 61 tahun, Abdullah tidak pernah mengeluh.
"Kita tidak diberi kesusahan dan selalu sehat, sudah merupakan rejeki yang luar biasa," jelasnya rada tausiah.
Ia sepakat tentang konsep bahwa beragama tidak pernah pensiun, "Ka beutoi Abu (sudah betul Abu), terus bekerja apa saja itu juga amalan," sambung sosok yang aktif menjalin silaturrahmi ini.
Menurut amatannya, "Beberapa kawan yang lemah bahkan sakit-sakitan setelah pensiun karena merasa masih aktif, ha ha ha," pungkasnya disertai tertawa lebar.
Artinya, mental menghadapi pensiun juga memerlukan ragam persiapan, khususnya penyesuaian aktivitas di lingkungan masing-masing. Semoga para sosok purna bakti tetap berkarya, sehat, dan siap berbagi kepada generasi depan. (Facebook/Razuardi Essek)