Kamis, 06 November 2025
Beranda / Berita / Aceh / Relawan PKBI Aceh: Keluarga Sakinah Terancam oleh Gaya Hidup Modern

Relawan PKBI Aceh: Keluarga Sakinah Terancam oleh Gaya Hidup Modern

Kamis, 06 November 2025 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Jamalidiana, Koordinator Divisi Relawan dan Pengembangan Kapasitas Centra Muda Putro Phang (CMPP) di bawah naungan PKBI Aceh. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam dinamika kehidupan masyarakat Aceh yang religius dan kaya budaya, makna keluarga sakinah kerap menjadi bahan renungan dan diskusi.

Jamalidiana, Koordinator Divisi Relawan dan Pengembangan Kapasitas Centra Muda Putro Phang (CMPP) di bawah naungan PKBI Aceh mengatakan konsep keluarga sakinah bukan sekadar rumah tangga yang tenang secara lahir dan batin, melainkan juga ruang yang menumbuhkan kasih sayang, kesetaraan, dan saling menghargai perbedaan.

“Saya memaknai keluarga sakinah sebagai keluarga yang bukan hanya tenang secara lahir dan batin, tetapi juga mampu menumbuhkan kasih sayang, menghargai perbedaan, dan membangun komunikasi yang setara di antara anggotanya,” ujarnya kepada wartawan dialeksis.com, Kamis (6/11/2025).

Menurut Jamalidiana, keluarga sakinah di Aceh seharusnya menjadi tempat yang memadukan nilai-nilai keislaman dengan prinsip kemanusiaan dan kesetaraan.

Bukan hanya menjadi simbol idealitas rumah tangga, tetapi juga ruang aman bagi setiap anggota keluarga untuk tumbuh, berpendapat, dan saling mendukung tanpa diskriminasi atau kekerasan dalam bentuk apa pun baik verbal maupun fisik.

Lebih lanjut, Jamalidiana menilai bahwa ketenangan dalam keluarga tidak semata-mata bersumber dari ibadah dan aspek spiritual, melainkan juga dari kesadaran yang sehat tentang peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan.

“Ketenangan itu lahir dari rasa saling memahami dan menghormati. Karena itu, penting bagi setiap keluarga untuk memiliki komunikasi yang terbuka, tidak hanya soal ekonomi, tapi juga soal emosional dan pengasuhan anak,” ujarnya.

Dalam perannya di CMPP, Jamalidiana fokus memperkuat kapasitas anak muda Aceh agar memahami pentingnya edukasi kesehatan reproduksi, komunikasi yang terbuka dalam keluarga, serta praktik pengasuhan positif.

Ia percaya bahwa keluarga sakinah yang kuat dan adaptif terhadap perkembangan zaman harus dibangun dari pondasi kesadaran dan pendidikan.

“Kami di CMPP berupaya membekali generasi muda dengan pengetahuan dan nilai-nilai yang relevan. Karena anak muda hari ini adalah calon orang tua masa depan. Mereka perlu memahami bahwa keluarga sakinah bukan datang begitu saja, tapi dibangun dengan ilmu, kesabaran, dan saling menghargai,” tambahnya.

Namun, upaya mewujudkan keluarga sakinah di Aceh bukan tanpa tantangan. Jamalidiana mengungkapkan bahwa derasnya arus perubahan sosial, ekonomi, dan gaya hidup modern kerap menggoyahkan nilai-nilai dasar keluarga.

“Banyak keluarga muda hari ini menghadapi tekanan ekonomi, komunikasi yang renggang, hingga minimnya pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan mental. Ini menjadi persoalan nyata yang tak bisa diabaikan,” ujarnya.

Selain itu, ia juga menyoroti masih kuatnya budaya patriarki di sebagian kalangan masyarakat Aceh yang membatasi peran perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Menurutnya, hal itu dapat menghambat terciptanya hubungan yang setara dan harmonis.

“Keluarga sakinah tidak bisa tumbuh di ruang yang timpang. Jika perempuan tidak diberi ruang untuk berpendapat dan mengambil keputusan, maka keharmonisan itu menjadi semu. Kesetaraan bukan berarti melawan, tapi saling menguatkan,” tegas Jamalidiana.

Bagi Jamalidiana, membangun keluarga sakinah bukan sekadar tanggung jawab pasangan suami istri, tetapi juga lingkungan sosial yang mendukung mulai dari komunitas, lembaga pendidikan, hingga kebijakan pemerintah.

“Keharmonisan itu lahir dari ekosistem yang sehat. Harus ada akses informasi yang adil, dukungan sosial, dan ruang bagi generasi muda untuk berdialog tentang keluarga tanpa stigma,” katanya.

Ia menegaskan, kearifan lokal Aceh yang sarat nilai keislaman sebenarnya dapat menjadi fondasi kuat dalam membentuk keluarga sakinah yang berkeadilan dan setara.

“Dengan mengedepankan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin dan budaya Aceh yang penuh kasih, saya yakin keluarga sakinah yang berkeadilan dan adaptif bisa tumbuh di tengah masyarakat kita,” tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI