kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Ribuan Kantong Darah di Aceh Dikirim ke Tangerang, Founder Rumah Singgah Kecewa

Ribuan Kantong Darah di Aceh Dikirim ke Tangerang, Founder Rumah Singgah Kecewa

Kamis, 12 Mei 2022 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Alfi Nora

Founder Rumah Singgah C-Four (Children Cancer Care Community) Aceh, Ratna Eliza. [Foto: merdeka.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sebanyak dua ribu kantong darah yang terkumpul dari hasil donor masyarakat dikirim ke Kota Tangerang.  

Fakta tersebut terungkap setelah beberapa pengurus PMI Kota Banda Aceh melakukan sidak terkait adanya kecurigaan terhadap stok darah di Aceh, pada Maret lalu.

Sekretaris PMI Kota Banda Aceh Syukran, mengungkapkan, sudah 2 ribu kantor darah dikirim ke Kota Tanggerang dari periode Januari,  Februari, dan April di tahun 2022.

Menanggapi hal itu, Founder Rumah Singgah C-Four (Children Cancer Care Community) Aceh, Ratna Eliza menyayangkan atas kejadian tersebut, di saat masyarakat Aceh membutuhkan stok darah malah tidak ada. 

Padahal, kata dia, pada awal tahun lalu stok darah masih dalam kondisi aman-aman saja. Namun, akhir-akhir ini stok darah di PMI sudah kosong sehingga pasien yang membutuhkan merasa kesulitan. 

“Termasuk teman saya yang operasi perlu darah golongan O juga tidak ada, kemudian mamak saya sendiri kemarin pas lagi perlu darah B, saya telpon ke PMI juga nggak ada, mereka bilang dicatat saja dulu sedangkan operasi jam 11 gimana mau ada ketersediaan nanti malam baru diproses, terpaksa saya cari pendonor sukarela,” jelasnya saat dihubungi Dialeksis.com, Kamis (12/5/2022). 

Sebagai aktivis yang bergerak di bidang kemanusiaan, ia sangat kecewa atas kasus itu, karena baginya darah itu merupakan kebutuhan pokok untuk masa perawatan, pengobatan vital, pra/pasca operasi, kenaikan HB. Jika tidak ada ketersediaan darah akan bahaya dan dapat merenggut nyawa seseorang. 

“Apalagi selama ini, para PNS, tenaga kontrak sangat banyak sekali mendonorkan darah secara rutin, makanya agak anomali jika stok darah kosong,” terangnya. 

Ia merasa khawatir atas bagaimana yang dialami oleh masayarakat awam yang memang tidak punya sanak saudara yang punya akses ke pihak penyedia darah, sedangkan ada keluarga yang akan operasi membutuhkan darah. 

“Ketersediaan darah yang kita tahu cuma ada di PMI, kalau di Bank Darah mereka meminta pendonor suka rela, setidaknya PMI itu secara terbuka untuk memberikan pelayanan terbaik untuk pasien-pasien yang membutuhkan darah,” jelasnya lagi. 

“Jadi kalau kejadian gini dikirim ke Tangerang kita juga kecewa, kenapa harus ke sana, kalau didistribusikan ke kabupaten masih okelah,” katanya. 

Menurutnya, PMI perlu menjelaskan ke publik berapa lama darah itu bisa disimpan karena masyarakat juga ingin tahu. 

“Apalagi kasus kecelakaan otomatis harus cepat ditangani atau pasien operasi,” tutupnya. [NOR]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda