DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pengamat politik dan keamanan Aryos Nivada, menanggapi kemunculan slogan "Free Aceh, Free Maluku, dan Free Papua" di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berlangsung di New York, Amerika Serikat, baru-baru ini.
Dalam sejumlah foto dan video yang beredar di media sosial, tampak sekelompok orang -- diduga warga negara Indonesia --mengangkat spanduk bertuliskan slogan tersebut sambil mengenakan pakaian adat di ruang sidang Majelis Umum PBB.
Menurut Aryos, kemunculan aksi semacam itu bukanlah hal baru dan kerap muncul dalam forum-forum internasional sebagai bagian dari upaya menjaring simpati terhadap kelompok-kelompok minoritas di berbagai belahan dunia.
"Menurut saya, ini sesuatu yang biasa terjadi dalam momentum forum dengar pendapat. Tapi apakah ini akan jadi perhatian serius dunia internasional? Tentu tidak," ujar Aryos kepada Dialeksis.com, Rabu (30/4/2025).
Ia menegaskan, aksi semacam itu tidak memiliki dampak signifikan secara politik maupun diplomatik, terutama karena dilakukan oleh individu-individu yang tidak memiliki kapasitas atau pengaruh yang diakui secara internasional.
"Keberadaan orang-orang itu hanya sebatas itu saja, tidak punya arti atau pengaruh dalam konteks lokal di Aceh maupun nasional di Indonesia," lanjutnya.
Meski demikian, Aryos mengingatkan pentingnya kewaspadaan. Ia menilai, peristiwa seperti ini tetap perlu dicermati oleh aparat intelijen untuk mencegah terjadinya pengulangan yang bisa berdampak buruk ke depannya.
"Tidak perlu reaktif berlebihan, tapi perlu diantisipasi secara strategis oleh aparat keamanan, khususnya intelijen. Jangan sampai pola semacam ini jadi rutin dan digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk membangun narasi separatis di luar negeri," tuturnya. [nr]