Soal Rencana Pembangunan KKTN, Nasir Djamil Harap Tidak Seperti KEK Arun
Font: Ukuran: - +
Reporter : akhyar
Anggota Komisi III DPR-RI, Muhammad Nasir Djamil. [Foto: Ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Berkenaan dengan evaluasi kinerja, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) gelar rapat dengar pendapat dengan Komisi III Dewan Perwakilan Rakyar (DPR) RI.
Di kesempatan itu, Anggota Komisi III DPR-RI, Muhammad Nasir Djamil menyampaikan terima kasih kepada BNPT. Karena menurut Global Terrorism Index, keamanan Indonesia terhadap aksi terorisme mulai mengalami peningkatan dari peringkat 35 ke 37. Bahkan secara Global Peace Index, Indonesia juga masuk dalam kategori high peace (kedamaian tinggi).
Ia melanjutkan, peringkat keamanan Indonesia semoga bisa terus ditingkatkan, sehingga Indonesia menjadi negara yang aman dan mudah bagi warga asing untuk berinvestasi.
“Salah satu syarat investasi itu ialah hadirnya ketentraman, kenyamanan dan ketertiban di tengah masyarakat. Dengan high peace ini, paling tidak kita ingin menunjukkan pada negara-negara luar bahwa Indonesia sangat aman untuk berinvestasi. Jadi sekali lagi, terima kasih kepada BNPT dan seluruh jajarannya,” ujar Nasir Djamil sebagaimana dikutip dari laman medsos pribadinya, Rabu (15/9/2021).
Nasir Djamil juga mengimbau agar BNPT bisa terus berkoordinasi dengan Lembaga-lembaga Pengawas Keuangan. Karena secara fenomena, aksi terorisme ini tidak hanya meneror dengan fisik, tetapi mereka (teroris) juga kerap melakukan perdagangan atau pembelian aset seperti persenjataan dengan sistem perdagangan internasional.
“Kita punya Financial Intelligence Unit. Nah, dengan itu paling tidak kita bisa menggambarkan bagaimana sebenarnya pergerakan uang yang digunakan oleh kelompok atau organisasi terorisme,” jelas Nasir.
Berkaitan dengan soal rencana pembentukan Kawasan Khusus Terpadu Nusantara (KKTN), Nasir berharap agar KKTN ini bisa berfungsi dengan baik. Selain berfungsi, ke depan KKTN juga diharapkan bisa terpadu sesuai namanya dan jangan tersendat-sendat seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang ada di Indonesia.
“Saya berharap agar kawasan ini (KKTN) bisa berfungsi dengan baik, karena KEK saja tersendat-sendat jalannya. Di tempat saya di Aceh, ada namanya KEK Arun. Sampai sekarang jalannya seperti pungguk merindukan bulan. Saya tidak pesimis dengan KKTN, tapi kita harap agar kawasan ini bisa benar-benar terpadu dan terkoordinasi dengan baik,” ungkap Nasir.
Terakhir, Nasir juga berharap agar BNPT bisa ikut membantu menetralkan atau mengklarifikasi kepada rakyat Indonesia kalau bahasa Arab bukanlah ciri-ciri dari terorisme. Karena penyudutan bahasa Arab sebagai bahasa teroris dapat mengganggu kedamaian bersama.
“Kalau kita mau jujur, sebenarnya banyak sekali bahasa Indonesia yang disadur dari bahasa Arab. Jadi ini hal-hal yang menurut saya mengganggu persatuan dan kesatuan kita sebagai sebuah bangsa. BNPT perlu mengedukasi masyarakat bahwa tidak benar hal-hal seperti ini,” tutup Nasir. [akh]