kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Soal Wagub Aceh, Mualem Jadi Buah Bibir

Soal Wagub Aceh, Mualem Jadi Buah Bibir

Minggu, 19 Mei 2019 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam dua hari ini, jagat perpolitikan di Aceh di hebohkan dengan timbulnya wacana untuk menduetkan Muzakkir Manaf sebagai Wakil Nova Iriansyah pada Pemerintahan Aceh. Polemik siapa yang akan menduduki orang nomor dua di provinsi ujung barat Sumatera itu mencuat.

Namun, dalam sebuah kesempatan usai menghadiri kegiatan Musabaqah Tunas Ramadhan Ke-XVIII, di Alun-alun Suka Makmue, Kabupaten Nagan Raya, Muzakkir Manaf menolaknya dengan tegas. Pria yang akrab disapa Mualem ini mempersilakan orang lain yang menginginkan jabatan itu untuk menjadi pendamping Nova hingga tahun 2022.

"Biarlah orang lain dulu, saya menolak (wakil gubernur Aceh)," kata Muzakkir Manaf, Seperti dilansir Antara, Sabtu (18/5). 

Sejumlah pihak menilai, wacana tersebut merupakan penggiringan opini yang mempertentangkan antara Ketua Umum DPP Partai Aceh itu dengan Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah. 

"Itu adalah cara berpolitik yang tidak santun dan merusak penegakan akal sehat bagi generasi muda Aceh," tulis mantan Panglima GAM Wilayah Linge, Fauzan Azima dalam opininya kepada sejumlah media.

Pasca Nova di lantik sebagai Plt Gubernur Aceh menggantikan Gubernur non aktif Irwandi Yusuf karena tersandung kasus korupsi anggaran Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA) Tahun 2018, belum pernah tercatat dalam referensi apapun tentang adanya gerakan politik dari Muzakkir Manaf yang ‘merongrong’ pemerintahan yang sah. 

Sebagai panglima tertinggi eks kombatan, seharusnya menjadi hal mudah bagi Muzakkir Manaf untuk melakukan itu. Masyarakat Aceh juga mengenal Mualem sebagai politikus yang beradab. Belum lekang dalam ingatan kita tentang pertemuan internal eks kombatan GAM di Gedung Dayan Dawood, Unsyiah. 

Saat itu, eks kombatan GAM memutuskan mengusung Teungku Nashruddin Ahmed-Muhammad Nazar, sementara para tetua GAM menghendaki pasangan Ahmad Humam Hamid-Hasby Abdullah. Namun, apa dinyana, peta politik tiba-tiba berubah. Teungku Nashruddin Ahmed mengundurkan diri sebagai calon gubernur Aceh. 

Situasi ini mendorong para eks kombatan GAM kembali harus berembug untuk memutuskan siapa yang usung berikutnya. Setelah melalui pendiskusian panjang, akhirnya eks GAM menunjuk Irwandi Yusuf sebagai pengganti Teungku Nashruddin Ahmed.

Lalu, bagaimana sikap Mualem? Dengan sikap nya yang ksatria, Mualem mendukung penuh pasangan Irwandi-Nazar. Dia tidak menunjukkan sedikit pun sikap egois nya sebagai panglima tertinggi dari para eks GAM. 

Dia sangat menghargai keputusan itu sebagai sebuah kesepakatan yang harus di hormati semua pihak, meskipun keputusan itu bertentangan dengan kebijakan kalangan GAM tua.

Selain itu, sejarah juga mencatat tentang karakter Muzakkir Manaf yang tidak ambisius. Masyarakat Aceh tentu masih mengingat, ketika keputusan rakyat Aceh pada Pilkada 2017 lalu lebih memilih Irwandi Yusuf sebagai ‘Nakhoda’ bagi ‘kapal’ yang bernama Aceh, Muzakkir Manaf menerimanya dengan sangat legowo.

Dengan karakternya seperti itu, menjadi sangat kontradiktif kalau kemudian ada yang menilai Mualem haus terhadap jabatan. 

Lantas, siapa yang memainkan isu yang jauh dari nalar sehat ini? "Mereka adalah orang yang juga menyeret secara sadar dan menjebloskan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf ke dalam penjara dengan menjual proyek di warung-warung kopi," tulis Fauzan dalam opininya ke sejumlah media.

"Sudah cukup menjadi pelajaran bahwa orang yang kita banggakan, Bang Wandi (Irwandi Yusuf) adalah korban dari segelintir para pemburu proyek, demikian pendapat Fauzan Azima mantan Panglima GAM wilayah Linge dalam tulisan opininya.

Keyword:


Editor :
Im Dalisah

riset-JSI
Komentar Anda