Sofyan Djalil Isi Kuliah Umum di Unsyiah
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Menteri Agraria dan Tata Ruang yang juga Kepala BPN Indonesia, Dr. Sofyan Djalil, SH, MA, MALD, mengajak para mahasiswa untuk meningkatkan kapasitas diri. Hal ini ia sampaikan dalam kuliah umum di depan ratusan mahasiswa Universitas Syiah Kuala, Rabu (12/12). Kegiatan yang berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam ini, membahas tentang kesiapan Indonesia dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Menurut Sofyan, perubahan dunia yang memasuki Revolusi Industri 4.0 harus disikapi dengan optimis. Sebab menurutnya, era ini akan membuka banyak peluang serta tantangan. Segala tantangan dan peluang ini harus dihadapi dengan kreatifitas, sikap fleksibilitas, serta open minded (berpikir terbuka).
Namun, ia menyayangkan masih ada sebagian masyarakat yang sulit menerima perbedaan dan memandang permasalahan hanya dari satu sisi saja. Padahal menurutnya, jika ingin sukses dalam persaingan, salah satu yang patut ditonjolkan adalah attitude (tingkah laku).
"Sejauh mana kamu bisa berkembang, tergantung sikapmu. Jika sikapmu ekstrim, tidak toleran, maka kamu tidak bisa pergi kemana-mana. Watak itu adalah masa depanmu," ujarnya.
Untuk itu, Sofyan berharap Unsyiah sebagai lembaga pendidikan dapat membantu membentuk mahasiswa berkarakter melalui sistem pendidikan dan lingkungan yang positif. Sebab menurutnya, dengan memiliki karakter kuat, para mahasiswa dapat menerima perubahan dan perbedaan dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0.
Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, mengatakan perkembangan teknologi dan Revolusi Industri 4.0 memberikan kesempatan dan tantangan untuk bersaing dengan negara lain. Ia mengutip data dariWorld Economic Forum tahun 2018, yang menyebutkan daya saing global Indonesia berada di peringkat ke-45 dari 140 negara. Di level ASEAN, Indonesia masih berada di bawah Singapura (peringkat 2), Malaysia (peringkat 25), dan Thailand (peringkat 38).
Bahkan, skill sumber daya manusia Indonesia hanya berada di peringkat 62 dunia. Hal ini menurutnya, dipengaruhi oleh rendahnya kapasitas inovasi Indonesia yang masih berada di peringkat 68 dunia.
Ia berharap kuliah umum ini dapat memberikan pemahaman baru serta semangat bagi mahasiswa Unsyiah untuk meningkat kapasitas diri, sehingga memiliki daya saing.
"Setelah mendengarkan kuliah umum ini, kita menjadi lebih mampu menggali dan memahami lebih jauh semua kemungkinan, semua tantangan, dan semua peluang untuk berinovasi dan berkreasi di era Revolusi Industri 4.0," pungkasnya. (husk/fer)