Solar Langka di Aceh Tengah, Antrian Pengisian BBM di Sejumlah SPBU Mengular
Font: Ukuran: - +
Antrian kendaraan di SPBU Jalan Lintang, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Minggu (22/9/2019) dini hari. (Foto: ANTARA)
DIALEKSIS.COM | Aceh Tengah - Masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah harus antri untuk mengisi solar di kenderaannya, karena dalam dua pekan terakhir ini persediaan bahan bakar minyak (BBM) tersebut terbatas.
Terbatasnya persediaan solar telah menyebabkan antrian panjang setiap harinya di masing-masing SPBU penyedia solar yang selalu diburu para pemilik kendaraaan, baik di Aceh Tengah maupun Bener Meriah.
Dampaknya selain menjadi keluhan bagi masyarakat pemilik kendaraan, terbatasnya persediaan solar juga telah berdampak pada terganggunya pekerjaan para sopir angkutan truk di kedua daerah tersebut.
Pengurus Koperasi Gayo Pratama Mandiri yang menaungi komunitas para sopir angkutan truk di Bener Meriah, Ibni Faisal, kepada wartawan, Minggu, menuturkan bahwa sejak dua pekan terakhir BBM solar sulit dicari, sehingga para sopir angkutan truk di daerah itu tak dapat bekerja maksimal dan menderita kerugian akibat tak bisa mencapai target pekerjaan.
"Kita sudah koordinasi dengan Pemda dengan Kapolres juga, jadi katanya kuota untuk Bener Meriah ini dikurangi, untuk solar aja," kata dikutip dari aceh.antaranews.com.
Menurutnya, dari pertemuan para sopir angkutan truk tersebut dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Bener Meriah Khairun Aksa beberapa waktu lalu, juga belum menghasilkan titik terang terhadap masalah yang dihadapi.
"Inikan sedang banyak pekerjaan proyek baru berjalan. Jadi kalau kami para sopir angkutan truk ini tidak bisa bekerja otomatis pembangunan daerah pun kan terganggu," ucap Ibni Faisal.
Dia menambahkan terbatasnya persediaan solar di daerah itu akibat adanya pengurangan kuota pasokan solar di masing-masing SPBU yang ada, juga diperparah dengan kondisi salah satu SPBU yang bahkan dikabarkan tidak lagi memasok solar.
Sementara menurutnya, jumlah SPBU di Bener Meriah saat ini hanya ada empat. Satu diantaranya, kata Ibni Faisal merupakan SPBU non subsidi.
Akibatnya, seluruh masyarakat pengguna solar di daerah itu secara bersama memburu dua SPBU yang tersisa, karena satu diantaranya juga sudah tidak lagi memasok solar.
"SPBU Teritit, katanya stop solar di sana. Dia kan setiap SPBU ada pembagiannya, jadi SPBU Teritit ini kena blacklist, entah kenapa, kita kurang tahu, tapi di situ stop solar. Jadi otomatis solar semakin sulit di sini," kata Ibni Faisal.
Lanjutnya, antrian panjang selalu terjadi di dua SPBU penyedia solar di daerah itu sejak dua pekan terkhir.
Para pemilik kendaraan, kata dia, bahkan sudah mulai mengantri dari sore hingga dini hari untuk bisa mendapatkan jatah solar.
"Khusus untuk truk pengisiannya juga dibatasi maksimal 40 liter setiap truk dan tidak boleh dua kali mengisi," ujarnya.
Sementara kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Aceh Tengah. Antrian panjang kendaraan di masing-masing SPBU yang ada di daerah itu menjadi pemandangan setiap harinya, sejak solar mulai terbatas.
Salah seorang warga di Takengon, Arami Rizki, kepada wartawan menuturkan ia bahkan harus mengantri selama 7 jam di salah satu SPBU di daerah itu hanya untuk mendapatkan solar untuk kendaraan pribadinya.
"Itu di SPBU Jalan Lintang. Antriannya hampir mencapai 1 Km. Saya antri sehabis magrib, ini baru selesai (Minggu dini hari)," tutur Arami Rizki.
Dia mengatakan seharusnya pihak SBPU memisahkan jalur antrian antara pengendara kendaraan pribadi dengan kendaraan angkutan truk.
"Kita harapkan begitu, jalurnya dipisah. Ada khusus kendaraan pribadi, ada khusus truk. Agar masyarakat tidak harus mengantri dengan kendaraan-kendaraan besar," ucapnya.(an)