Sosok Wakil Gubernur Aceh Harus Bisa Mewakili dan Menenangkan Legislatif
Font: Ukuran: - +
Reporter : Roni
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Nova Iriansyah resmi menjadi Gubernur Aceh di sisa masa jabatan 2017-2022 usai dilantik pada 5 November 2020 lalu. Untuk mendampingi Nova di sisa masa jabatan, dibukalah bursa Calon Wakil Gubernur Aceh yang akan diusulkan oleh masing-masing partai pengusung nantinya.
Menanggapi hal itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) UIN Ar-Raniry, Dr Ernita Dewi mengatakan, dibutuhkan sosok Wakil Gubernur Aceh yang mampu menyatukan dan diterima oleh legislatif agar pemerintahan berjalan dengan baik di sisa periode tersebut.
"Masalahnya di Aceh sekarang adalah ketidakharmonisan antara eksekutif yakni pemerintah Aceh dan legislatif yakni DPRA. Kalau sosok yang dipilih sebagai wakil gubernur tidak diterima oleh legislatif, kita khawatir ketidakharmonisan terus berlanjut," jelas Dr Ernita saat dihubungi Dialeksis.com, Kamis (12/11/2020).
"Kita akan debat kusir selalu. DPRA tidak mau tanda tangan, berdebat dengan eksekutif. Begitu terus. Sementara masyarakat butuhnya segera ada realisasi dari sebuah pemerintahan. Memberi dampak baik bagi masyarakat," tambahnya.
Dekan FISIP UIN Ar-Raniry itu melanjutkan, untuk membangun sebuah daerah, maka yang paling penting adalah kesatuan visi-misi antara legislatif sebagai pengawas dan penentu anggaran dengan eksekutif sebagai pelaksana.
"Makanya Wakil Gubernur Aceh yang dipilih itu harus benar-benar dari partai politik yang kira-kira mewakili anggota-anggota parlemen yang ada di DPRA. Harus ada kekuatan itu dulu. Jadi yang dipilih itu harus betul-betul disetujui, disepakati dan didukung oleh minimal 51 persen anggota parlemen," jelas Dr Ernita.
"Calon yang dipilih ini harus betul-betul bisa diterima dan bisa mendinginkan DPRA. Kemudian lebih dari itu, Wakil Gubernur Aceh yang bakal dipilih nanti, harus kita yakini memiliki kompetensi, kredibilitas, integritas, punya keberpihakan kepada rakyat, bukan hanya didukung partai dan parlemen saja," tambahnya.
Selanjutnya, Dr Ernita berujar, di sisa masa jabatan Nova Iriansyah dan wakilnya nanti, agenda besar yang harus dilaksanakan adalah mengembalikan kepercayaan publik. Sebab menurutnya, masyarakat Aceh terlebih saat pandemi ini cenderung merasa skeptis dan pesimis dengan pemerintahan Aceh.
"Saya pikir itu dulu. Bagaimana caranya, harus betul-betul bekerja keras menunjukkan keberpihakan beliau terhadap masyarakat Aceh, baik itu melalui peningkatan ekonomi dan juga menekan sejumlah angka pengangguran di Aceh," jelas Dr Ernita.
Ia berujar, di sisa masa jabatan, Nova Iriansyah harus bisa menggerakkan ekonomi rakyat, sehingga ada indikator perkembangan tercapainya kemakmuran bagi masyarakat Aceh.
"Dulu mungkin masih Plt, belum punya power. Sekarang sudah berbeda. Saya pikir yang pertama, dinas-dinas di pemerintahannnya harus beliau awasi. Sudah bisa lakukan evaluasi. Apa problem krusial, saya pikir beliau tahu. Mana yang masih kurang harus diperbaiki, dan yang lebih harus dipertahankan," jelas Dr Ernita.
"Dan kalau beliau bisa mewujudkan ini semua, nanti kalau naik lagi di Pilkada 2022 pasti mendapat dukungan dari rakyat," pungkasnya.