Beranda / Berita / Aceh / Suara Kaum Mileneal Aceh Terhadap Pemilu 2019

Suara Kaum Mileneal Aceh Terhadap Pemilu 2019

Minggu, 24 Maret 2019 15:43 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Im Dalisah/Baim

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemilu 2019 tinggal menghitung hari. Tidak kurang 24 hari lagi, warga republik tercinta ini akan menentukan siapa yang akan menjadi "nakhoda" bagi perahu yang bernama "Indonesia" untuk lima tahun mendatang.

Dalam survey yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dirilis akhir tahun 2018 menyatakan ada sekitar 35 persen sampai 40 persen pemilih dalam Pemilu 2019 didominasi generasi milenial.

"Atau jumlahnya sekitar 80 juta dari 185 juta pemilih," kata Koordinator Pusat Peneliti Politik LIPI, Sarah Nuraini Siregar, Selasa (11/12), seperti yang dikutip dari situs tirto.id hari ini, Senin (18/3)

Mengingat jumlahnya yang tidak sedikit, tentu kaum mileneal memiliki nilai yang cukup berharga bagi politikus sebagai modal untuk mendulang suara.

Untuk hal ini, kaum mileneal berharap tidak hanya dijadikan komoditas politik belaka. Mereka punya mimpi dan harapan terhadap pemilu 2019. Bagaimana antusiasme mereka terhadap pemilu 2019? Bagaimana harapan mereka terhadap presiden yang akan terpilih nanti? Seperti apa keinginan mereka terhadap calon legislator yang akan menduduki gedung dewan?

Dialeksis.com mencoba merekam mimpi dan harapan mereka terhadap pesta demokrasi 2019 yang akan digelar 17 April nanti.

Bukhari Muslim

"Minum apa bang?,"tanya Bukhari, salah seorang pekerja di Morden Cafe, Senin, (18/3) ke salah satu pelanggan yang baru saja singgah.

Tidak menunggu lama, pesanan yang dipesan sudah diantar Bukhari ke meja pelanggan tersebut.

Memiliki nama lengkap Bukhari Muslim (23 th), pria ini mengaku sudah bekerja di cafe Morden sejak dirinya lulus di Fakultas Hukum tahun 2014 lalu.

"saya belum niat cari pekerjaan lain, masih nyaman disini,"tutur Bukhari disela sela aktifitasnya melayani pengunjung.

Menyikapi ajang pesta demokrasi yang akan di gelar 17 April nanti, Bukhari berharap semuanya baik-baik saja.

"semoga aman-aman saja,"ujarnya singkat.

Menyangkut dengan hak politiknya untuk memilih, dirinya memastikan sudah ada pilihan.

"sudah dong bang,"sebutnya seraya menyebutkan nama salah satu capres.

Dirinya berharap, pemilu 2019 dapat membawa perubahan dan kemajuan bagi bangsa Indonesia. Secara khusus, Bukhari berharap kepada calon terpilih nantinya dapat melunasi hutang Bangsa Indonesia.

"lebih memajukan Indonesia dan melunasi hutang-hutangnya,"kata Bukhari.

Mia Destriani

Bagi Mia Destriani (23 th), pemilu 2019 merupakan kali kedua dirinya berpartisipasi pada ajang kontestasi politik lima tahunan itu.

"tahun 2014 sudah memilih untuk pertama kali bang,"kata Mia saat sesi coffe break acara Deklarasi Komunitas Milenial Aceh Anti Hoax (KMA2H) Provinsi Aceh di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh, Selasa, (19/3).

Mia mengaku masih belum menentukan pilihan politiknya, mengingat banyaknya kontestan politik yang maju dalam pemilu 2019.

"banyak kali calonnya bang, jadi anak muda seperti saya bingung memilih siapa,"tukas Mahasiswi Fisip Unsyiah asal Medan ini.

Selain jumlah calon yang terlalu banyak, banyaknya informasi hoak yang beredar juga membuat dirinya semakin bingung menentukan pilihan politiknya. Meski demikian, dirinya memastikan akan tetap menggunakan hak pilihnya.

"Banyaknya informasi hoak membuat kita jadi bingung bang, yang mana yang benarnya. Tapi, saya tetap milih kok,"tutur Mia.

Terkait partisipasi politik perempuan, Mia merasa perempuan hanya dijadikan sebagai pelengkap syarat saja bagi partai politik.

"Walaupun ada quota 30 persen keterwakilan perempuan di parpol, tapi saya merasa perempuan hanya sebagai pelengkap saja," tandasnya

Dirinya berharap, pemilu 2019 dapat berlangsung lancar dan aman. Siapapun yang menang nanti, tambahnya, dapat membuktikan apa yang sudah dijanjikan.

"Semoga pemilu 2019 aman dan lancar. Siapapun yang terpilih dapat lebih baik dari sebelumnya, dan yang penting membuktikan apa yang sudah dijanjikan."tutup Mia

Lilis Mayani

Lilis Mayani (Jilbab Hitam)

Dijumpai saat usai menikmati semangkuk bakso bersama teman-temannya dikawasan Ulee Kareng, Banda Aceh, Selasa (19/3), Lilis Mayani (22 th) semula menolak untuk diwawancara.

"kok direkam bang,"kata Lilis

Setelah dijelaskan Dialeksis.com kenapa harus direkam, akhirnya Lilis bersedia untuk diwawancara.

Gadis asal Kabupaten Aceh Jaya ini mengatakan pemilu 2019 merupakan pengalaman pertamanya mencoblos.

"Pemilu lalu belum punya KTP," kata Lilis.

Lilis mengungkapkan pemilu kali ini dirinya kebingungan untuk memilih Calon Legislatif (Caleg). Lilis beralasan, banyaknya caleg yang berkompetisi membuat dia bingung menjatuhkan pilihannya pada siapa.

"yang naik aja saya gak tau. Terlalu banyak caleg nya bang,"kata Lilis

Pilihan Lilis jatuh pada caleg yang paling sering dia lihat melalui alat peraga kampanye (APK) yang dimiliki caleg tersebut.

"yang saya tahu cuma Dek Gam (caleg DPR RI). Berarti ya Dek Gam,"tutur Lilis.

Senada dengan Lilis, Nova Lisni (22) juga belum memilih pilihan siapa caleg yang akan dipilih. Dirinya mengatakan, jumlah calon yang terlalu banyak membuat dirinya bingung menentukan pikirannya.

"Calegnya terlalu banyak bang. Bingung kami. Tapi kalau calon presiden sudah ada, "ujar Nova.

Akan tetapi, dirinya memastikan untuk ikut terlibat memberikan partisipasinya pada pemilu 2019, walaupun pilihan untuk caleg belum ada.

"Rugi kalau gak milih bang. Janganlah,"ujar mahasiswi semester 6 Fakultas Tehnik Sipil Unsyiah ini.

"Sebab, setiap suara akan menentukan masa depan bangsa,"tambahnya.

Mengenai partisipasi politik perempuan, Lilis berpendapat sebaiknya laki-laki saja yang berpolitik. Menurutnya, perempuan kurang tegas dalam memimpin.

"lebih cocok laki-laki saja yang jadi caleg bang. Karena kalau perempuan gak terlalu tegas,"tutur Lilis.

Menutup pembicaraan, Lilis memiliki pengharapan agar pemilu 2019 dapat menghasilkan pemimpin yang tidak memiliki mental korupsi dan peduli pada rakyat.

"semoga dapat pemimpin yang gak korupsi, adil, dan bisa lihat rakyat," harap Lilis yang diamini oleh rekan-rekannya.

Zulhelmi

Pemuda asal Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat ini mengaku tidak terlalu mengikuti perkembangan politik saat ini. Tetapi, dirinya mengetahui akan ada pelaksanaan pemilu bulan April ini.

Ditemui disebuah warung kopi dipinggiran Kota Banda Aceh, Zulhelmi (21 th), mengatakan sedang browsing untuk mendaftar pekerjaan disebuah perusahaan yang buka secara online.

"coba coba mantong bang, so teupeu razeuki (coba-coba saja bang, siapa tahu rejeki," ujar pria yang akrab dipanggil Zul ini.

Tentang pemilu 2019, Zul menceritakan ini kali pertama dirinya memilih. Tahun 2014 lalu, sambung Zul, dirinya masih berusia 16 tahun, sehingga belum memiliki hak politik untuk memilih.

"Pemilu lalu saya masih 16 tahun, jadi belum bisa milih," katanya.

Zul mengaku, saat pencoblosan nanti, dirinya sudah menguatkan hati untuk memilih capres dan caleg.

"Presiden sudah, caleg pun sudah bang," ungkapnya.

Terkait pilihannya terhadap capres, sambung Zul, dirinya lebih melihat kepada apa yang sudah dilakukan pemerintahan sekarang. Menurutnya, pembangunan yang dilakukan pemerintahan sekarang stagnan, alias berdiri ditempat.

"Saya merasa pemerintahan sekarang tidak ada perkembangan. Sepertinya yang satu lagi," tegas Zul.

Berbeda dengan pilihan capres yang berdasarkan visi misinya, untuk pilihan caleg, Zul mengaku pilihannya jatuh pada kerabatnya sendiri yang kebetulan ikut mencalonkan diri. Menurutnya, caleg dari kerabatnya itu lebih dia kenal.

"saya lebih mengenal famili saya daripada yang lain," tutur pria yang masih kuliah pada Fakultas Ekonomi Unsyiah ini.

Pada akhir obrolan, Zul memiliki mimpi agar pemimpin terpilih nantinya dapat merubah keadaan saat ini, serta dapat menepati janji yang sudah diucapkan ketika berkampanye.

"Kalau bisa ada perubahan, jadi, bagaimana janji, itu yang dilakukan," tutup Zulhelmi.


Keyword:


Editor :
Im Dalisah

riset-JSI
Komentar Anda