kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Suraiya: Sejarah Aceh Jarang Menulis Peran Perempuan

Suraiya: Sejarah Aceh Jarang Menulis Peran Perempuan

Selasa, 18 Desember 2018 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Suraiya Kamaruzzaman, aktivis perempuan yang memberikan pandangan tentang peran perempuan yang tidak tertulis dalam sejarah, pada seminar penyelesaian konflik yang digelar oleh Kesbanpol Aceh, Selasa (18/12).

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Aktivis perempuan dan Pendiri organisasi perempuan "Flower Aceh", Suraiya Kamaruzzaman mempertanyakan ruang perempuan disetiap pencatatan sejarah Aceh.

Banyak peristiwa konflik terjadi di Aceh, perempuan ditulis hanya menjadi korban pembantaian dan tidak punya ruang atau peran apapun di dalamnya. Ini mungkin menjadi catatan penting, agar setiap penelitian ke depan ikut melibatkan peneliti perempuan, seperti masalah sejarah perang cumbok hingga sejarah masa kini, jarang memuat peran perempuan peran perempuan di dalamnya.

"Jangan sampai orang melihat sejarah dulu perempuan tidak ada di Aceh," kata Suraiya saat memberi pendapat pada Seminar Kajian penyelesaian konflik 5 penulis yang dipilih Kesbangpol Aceh untuk menyelesaikan tulisan buku soal Penyelesaian Konflik dari berbagai perspektif. Acara Seminar digelar di Hotel Mekkah, Lampriet, Banda Aceh, Selasa (18/12).

Menurut Suraiya, saat ini sejarah Aceh yang ditulis sangat jarang melibatkan peran perempuan dan seharusnya perlu ada riset ulang dengan memasukan peran perempuan.

"Sudah 13 tahun Aceh Damai, tapi perempuan masih mencari dimana ruang perempuan sebenarnya. Dan itu tidak fair," demikian kata Suraiya Kamaruzzaman.

Seminar Hasil Kajian Penyelesaian Konflik Aceh digelar dalam rangka proses penulisan kajian penyelesaikan konflik Aceh dari 5 penulis, yakni Dr. M. Adli Abdullah, MCL (Proses Damai Aceh, Pengalaman Insider), Wiratmadinata, SH, MH (Belajar Damai di Ruang Memorial), Dr. Kamaruzzaman Bustaman Ahmad, MA, Ph.D (Damai Aceh dalam Kosmik budaya lokal), Prof. Dr. M. Hasbi Amiruddin, MA (Proses Damai Aceh dan Peran Intelektual), dan T. Kemal Pasya, A.Ag, M.Hum (Damai dalam Prospek Antropologi).

Seminar turut menghadirkan Akademisi dan Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Prof. Yusni Sabi, Ketua Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Prof. Hasbi Amiruddin, Dr. Otto Syamsuddin Ishak, Jubir Pemerintah Aceh Wiratmadinata, Aktivis perempuan Syarifah Rahmatillah, dan para akademisi. (js)


Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda