DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Daffa Taqi Abiyu, pemuda asal Tanah Gayo, mengatakan bahwa masyarakat Aceh saat ini sedang menghadapi krisis kemanusiaan, bukan sekadar gangguan kegiatan ekonomi. Karena itu, ia meminta agar rasa simpati dan empati lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi.
“Kami meminta dalam kondisi krisis pasca bencana ini masyarakat lebih mengedepankan simpati dan empatinya dalam menolong sesama. Memang benar beberapa jasa harus dibayar seperti transportasi atau penyebrangan karena akses sulit, tetapi tarif harus mempertimbangkan kewajaran,” tegas Daffa kepada media dialeksis.com, Rabu (10/12/2025).
Menurut dia, saat ini beberapa daerah di Aceh masih terisolasi total. Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal, kehilangan mata pencaharian, bahkan kesulitan mendapatkan makanan. Kondisi ini diperparah ketika ada oknum yang melihat bencana sebagai peluang untuk meraup keuntungan.
“Hampir beberapa wilayah di Aceh terisolasi sehingga ada masyarakat yang mata pencahariannya hilang. Untuk sesuap nasi saja mereka susah. Maka tarif jasa apa pun, termasuk pengangkutan, harus dibatasi secara wajar dengan mempertimbangkan aspek kemanusiaan," tambahnya.
Daffa menilai, jika praktik pematokan tarif tinggi atau eksploitasi warga di tengah krisis tetap terjadi, pemerintah Aceh harus turun tangan dan tidak boleh ragu mengambil langkah tegas.
“Apabila hal ini tetap terjadi, pemerintah Aceh harus mengambil tindakan dengan cara apa pun. Mau menindak tegas penyedia jasa atau menambah fasilitas yang serupa. Intinya pemerintah tidak boleh kalah dengan orang yang mengambil keuntungan saat bencana terjadi, karena justru citra pemerintah yang rusak,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa bencana adalah ujian kemanusiaan yang hanya dapat dilalui jika masyarakat dan pemerintah mampu bergerak sebagai satu kesatuan.
Ketika ada pihak yang menangguk untung di tengah derita ribuan orang, menurutnya, itu bukan hanya tindakan tidak beretika, melainkan pengkhianatan terhadap nilai solidaritas Aceh yang selama ini dikenal kuat.
Di tengah situasi darurat ini, Daffa berharap masyarakat kembali merawat nilai-nilai yang selama ini menjadi ciri khas Aceh yaitu gotong royong, simpati, dan solidaritas antarwarga.
Ia menegaskan bahwa yang dibutuhkan saat ini bukan perselisihan, bukan saling menyalahkan, tetapi tindakan nyata yang meringankan beban para penyintas bencana.
Daffa juga meminta Pemerintah Aceh memperkuat fungsi koordinasi dan pengawasan, terutama di sektor layanan publik darurat, agar penyintas bencana dapat menjangkau fasilitas tanpa harus dibebani biaya yang memberatkan.
Ia menekankan bahwa fasilitas seperti perahu penyebrangan sementara, jalur evakuasi, alat angkut logistik, hingga kendaraan transportasi darurat harus tersedia dalam jumlah yang memadai. Jika tidak, celah untuk oknum melakukan kecurangan akan selalu terbuka.
“Bencana ini tidak hanya merusak rumah dan harta benda, tetapi juga menguji kemanusiaan kita. Jika kita gagal menjaga empati, berarti kita gagal sebagai masyarakat,” tutupnya. [nh]