kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Yayasan Geutanyoe Launching Buku 'Aceh Muliakan Rohingya'

Yayasan Geutanyoe Launching Buku 'Aceh Muliakan Rohingya'

Rabu, 29 Juni 2022 23:45 WIB

Font: Ukuran: - +

Launching buku "Aceh Muliakan Rohingya" yang diinisiasi Yayasan Geutanyo, Rabu (29/6/2022) di Grand Arabia Hotel. [Foto: dok. Yayasan Geutanyo]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Yayasan Geutanyoe, sebuah lembaga yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan meluncurkan buku 'Aceh Muliakan Rohingya', Rabu (29/6/2022) di Hotel Grand Nanggroe, Banda Aceh. Buku yang disponsori oleh Yayasan Geutanyoe itu ditulis oleh Adi Warsidi, jurnalis senior dan mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Banda Aceh. 

Dalam kesempatan tersebut, buku karya penulis produktif itu juga dibedah, dengan menghadirkan tiga pembicara yaitu Adi Warsidi (Penulis Buku), Azriana Manalu (Komisioner Komnas Perempuan 2015-2019), dan Aulianda Wafisa (Kepala Program LBH Banda Aceh Aceh). Acara dipandu oleh Moderator Fatma Susanti.

Hadir dalam acara tersebut Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA) Dr Edi Yandra MSP yang mewakili Gubernur Aceh, Anggota Badan Baitul Mal Aceh Dr A Rani Usman, MSi, Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh Miftach Cut Adek dan puluhan tamu undangan lainnya.

Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penyerahan hadiah dan penghargaan kepada para pemenang sayembara karya tulis ilmiah dan sayembara fotografi terkait aksi kemanusiaan di Aceh yang juga digelar oleh Yayasan Geutanyoe sebagai bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Pengungsi Sedunia.

Koordinator Kemanusiaan Yayasan Geutanyoe, Nasruddin, dalam sambutannya mengatakan bahwa aksi kemanusiaan yang dilakukan masyarakat Aceh terhadap pengungsi luar negeri penting didokumentasikan dalam sebuah buku agar aksi heroik ini tidak luput seiring berjalannya waktu.

"Aceh sejak era kesultanan sejatinya telah banyak berkontribusi dalam hal kemanusiaan terhadap komunitas dunia, namun hal ini tidak terekam dengan baik dalam sebuah buku," ucap Nasruddin.

Oleh karenanya, kata dia, aksi heroik masyarakat Aceh yang menyelamatkan ribuan pengungsi Rohingya dari tengah laut perlu didokumentasikan.

"Kami mengakui, mengabadikan aksi kemanusiaan ini dalam sebuah buku memang berat, karena hal ini butuh anggaran, riset, dan tantangan lainnya," katanya.

Pun demikian, lanjut Nasruddin, hal ini perlu dilakukan agar terekam jelas bahwa Aceh pernah menyelamatkan dan menerima pengungsi dari luar negeri dalam jumlah besar.

"Membuat sebuah buku tentu lah tidak mudah. Butuh anggaran, wawancara dan riset ke beberapa daerah yang terlibat dalam penanganan pengungsi. Namun demikian, setelah melewati berbagai tantangan akhirnya buku 'Aceh Muliakan Rohingya' berhasil dilaunching hari ini," ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Aceh dalam sambutannya yang dibacakan Kepala DPKA, Edi Yandra, mengapresiasi Yayasan Geutanyoe yang telah berkontribusi banyak dalam penanganan pengungsi Rohingya di Aceh hingga menginisiasi lahirnya buku 'Aceh Muliakan Rohingya'.

"Literasi terkait sebuah aksi, peristiwa dan momen penting lainnya sangat penting ditulis dalam sebuah buku. Bahkan masalah literasi menjadi salah satu fokus Gubernur Aceh hari ini, dimana Pemerintah Aceh telah banyak memfasilitasi para penulis dari berbagai disiplin ilmu yang digelutinya untuk melahirkan sebuah karya yang namanya buku," tutur Edi Yandra.

Adi Warsidi, selaku penulis buku 'Aceh Muliakan Rohingya' dalam acara tersebut menyampaikan, buku ini ditulis lebih menitikberatkan pada tindakan kemanusiaan yang dilakukan masyarakat Aceh terhadap pengungsi Rohingya, baik aksi penyelamatan dari tengah laut hingga penanganan di tempat penampungan.

"Fokus buku ini lebih pada tindakan-tindakan kemanusiaan. Sebenarnya ada tantangan-tantangan dalam penyelamatan dan penangan pengungsi Rohingya di Aceh, baik dari sisi regulasi maupun masalah yang terjadi di lapangan, termasuk masalah hukum, namun hal ini tidak menjadi fokus pembahasan dari buku ini karena kita menghindari benturan-benturan dengan para pihak. Titik fokus buku ini lebih kepada edukasi dan aksi sosial kemanusiaan yang dilakukan masyarakat Aceh terhadap pengungsi Rohingya," jelasnya.

Sementara Azriana Manalu, Komisioner Komnas Perempuan 2015-2019, mengatakan buku yang ditulis Adi Warsidi tersebut sudah bagus dalam mengabadikan aksi-aksi kemanusiaan di Aceh terhadap pengungsi luar negeri. Namun saat menanggapi sebuah pertanyaan, dia mengakui bahwa buku tersebut masih kurang menyentuh terkait masalah isu-isu perempuan yang terjadi dan dihadapi dilapangan. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda