kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / YDUA dan UNICEF Giatkan Diskusi Inovatif KIA Untuk Masyarakat Aceh Besar

YDUA dan UNICEF Giatkan Diskusi Inovatif KIA Untuk Masyarakat Aceh Besar

Jum`at, 23 Agustus 2024 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Yayasan Darah Untuk Aceh (YDUA) bersama UNICEF dan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema kesehatan anak dan ibu yang inovatif, pada Rabu dan Kamis, 21-22 Agustus 2024 di Lambaro. [Foto: Dokumen Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Yayasan Darah Untuk Aceh (YDUA) bersama UNICEF dan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema kesehatan anak dan ibu (KIA) yang inovatif, pada Rabu dan Kamis, 21-22 Agustus 2024 di Lambaro, Aceh Besar.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini dipandu oleh Manager Program Yayasan Darah Untuk Aceh (YDUA), Agus Agandi. Ia menjelaskan bahwa FGD ini memperkenalkan konsep baru yang disebut "Kelas Ayah". 

Kelas ini dirancang khusus untuk para ayah yang memiliki anak balita dan baduta di Kabupaten Aceh Besar, dengan tujuan memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya imunisasi serta peran ayah dalam memastikan kesehatan anak.

Menurutnya, Kelas Ayah ini bukan sekadar forum diskusi, tetapi juga menjadi sarana edukasi yang sangat penting. 

Ayah-ayah perlu memahami bahwa dengan imunisasi, banyak penyakit berbahaya yang bisa dicegah, seperti poliomielitis, hepatitis, difteri, pertusis, hingga kanker serviks. 

Ketika anak-anak mereka terimunisasi, mereka lebih terlindungi dari risiko penyakit berat yang dapat menyebabkan cacat atau bahkan kematian,

"Kegiatan ini menandai langkah penting dalam melibatkan para ayah dalam mendukung kesehatan keluarga, khususnya dalam proses imunisasi anak," ujar Agus Agandi saat diwawancarai oleh Media Dialeksis.com, Kamis (22/8/2024).

Agus juga menekankan bahwa partisipasi aktif para ayah dalam proses imunisasi sangatlah penting. 

"Ayah tidak hanya mendukung secara moral tetapi juga harus berperan aktif. Kita tahu bahwa dalam banyak kasus, ibu sering kali menjadi yang paling terlibat dalam kesehatan anak, tetapi peran ayah sama pentingnya. Dukungan dan keikutsertaan ayah dalam mengantarkan anak ke posyandu atau puskesmas akan memberikan dampak positif yang signifikan," kata Agus.

Selain fokus pada imunisasi, hari kedua FGD mengangkat tema yang tak kalah penting, yakni literasi informasi dan pencegahan hoax, terutama terkait kesehatan. 

Agus mengungkapkan bahwa banyak ayah kerap terjebak pada informasi yang tidak valid, terutama yang mereka dapatkan dari media sosial atau grup WhatsApp.

“Dalam diskusi ini, kita mencoba mengedukasi para ayah untuk tidak mudah percaya pada informasi yang tidak jelas sumbernya. Hoax dapat menciptakan ketakutan yang tidak perlu dan bahkan bisa membahayakan. Oleh karena itu, para ayah sepakat untuk lebih berhati-hati dalam menerima informasi, melakukan cross-check, dan memastikan keabsahan berita sebelum mempercayainya,” tambah Agus.

Ia melanjutkan bahwa ayah-ayah ini diberikan simulasi sederhana tentang bagaimana hoax bisa dengan mudah diciptakan dan menyebar di masyarakat. 

"Kami contohkan bagaimana sebuah foto yang diedit dan diberi kutipan palsu bisa menyesatkan orang. Dengan simulasi ini, para ayah lebih memahami betapa pentingnya memverifikasi informasi, terutama yang berkaitan dengan kesehatan," jelasnya.

FGD ini juga menghasilkan sejumlah komitmen dari para ayah yang berpartisipasi. Salah satu komitmen yang paling kuat adalah keinginan mereka untuk lebih aktif dalam mendukung kesehatan keluarga. 

"Ayah-ayah yang hadir bersepakat untuk tidak lagi hanya mengantarkan istri dan anak ke posyandu, tetapi juga ikut terlibat langsung dalam kegiatan di sana. Mereka juga berkomitmen untuk lebih berperan dalam merawat anak-anak mereka, menjaga kebersihan lingkungan, dan mendukung segala upaya yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga,” kata Agus.

Selain itu, para ayah juga menyampaikan harapan agar kegiatan seperti Kelas Ayah ini dapat diperbanyak, terutama di puskesmas-puskesmas. 

Mereka merasa bahwa diskusi interaktif seperti ini lebih efektif dibandingkan dengan kegiatan yang hanya berfokus pada ceramah satu arah.

“Saya sangat berharap pemerintah dapat memperbanyak kelas-kelas seperti ini di puskesmas. Interaksi dan diskusi yang terbuka membuat para ayah lebih mudah menerima informasi dan membandingkan pengalaman mereka. Ini jauh lebih efektif daripada hanya mendengarkan ceramah,” ujarnya.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, YDUA, UNICEF, dan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar berencana untuk terus mengembangkan dan memperluas Kelas Ayah ini ke wilayah lain di Aceh. 

Diharapkan, inisiatif ini dapat menjadi model yang efektif dalam meningkatkan partisipasi ayah dalam upaya kesehatan keluarga, khususnya imunisasi.

"Kami melihat antusiasme yang luar biasa dari para ayah dalam dua hari terakhir ini. Ini menunjukkan bahwa para ayah sangat peduli dan siap untuk berperan lebih dalam menjaga kesehatan keluarga mereka. Ke depan, kami berharap bisa memperluas program ini agar lebih banyak ayah yang teredukasi dan terlibat secara aktif,” pungkas Agus Agandi.[nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda