Rabu, 21 Mei 2025
Beranda / Analisis / Musda XII Golkar Aceh: Empat Sosok di Panggung Perebutan Arah Baru Partai

Musda XII Golkar Aceh: Empat Sosok di Panggung Perebutan Arah Baru Partai

Rabu, 21 Mei 2025 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Aryos Nivada

Ilustrasi lambang Golkar. Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Analisis -Partai Golkar Aceh bersiap menggelar Musda (Musyawarah Daerah) ke - 12 pada Juni mendatang. Partai yang kaya akan kader ini selalu melahirkan tokoh - tokoh tangguh untuk berlaga di tingkat Munas, Musda Provinsi, hingga Musda Kabupaten/Kota. Sejumlah nama besar sudah muncul sebagai kandidat bakal calon Ketua DPD I Partai Golkar Aceh, berlomba meraih simpati para pemilik suara.

Mereka adalah para kader senior berpengalaman, terbukti gigih dalam memperjuangkan visi Partai Golkar yang berlambang pohon beringin. Di antaranya Andi Harianto Sinulingga, Lukman CM, Mukhlis Takabeya, dan Teuku Raja Keumangan (TRK). Bukan sosok sekadar wacana: masing - masing membawa latar belakang, kelebihan, dan tantangan yang memicu kompetisi sehat sekaligus strategis.

Untuk memberikan gambaran seimbang, berikut peta kekuatan, basis dukungan, dan kelemahan masing-masing kandidat. Semoga informasi ini membantu kader, masyarakat umum, pemilik suara DPD II Kabupaten/Kota, maupun DPP Partai Golkar dalam mengambil keputusan.

Andi Harianto Sinulingga

Andi Harianto Sinulingga (Andi HS), putra Aceh Tenggara ini telah malang melintang di kancah politik mulai tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional. Meski sempat mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI tanpa hasil, Andi HS tetap konsisten menempati posisi fungsionaris di DPP Partai Golkar setiap periode kepemimpinan.

Di panggung politik nasional, ia kerap tampil berani. Saat Golkar mendukung pasangan Prabowo - Hatta pada 2014, Andi HS, sebagai Ketua Departemen Pemenangan Pemilu DPP, memilih mendukung Jokowi - JK. Keputusan ini berbuah sanksi pemecatan oleh Ketum DPP kala itu, Abu Rizal Bakrie. Namun semangatnya tak padam: ketika Anies Baswedan maju di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, Andi HS berada di garis depan tim pemenangan dan sukses mengantarkan Anies duduk di kursi Cengkareng.

Pengalaman Andi sebagai kader HMI yang lincah dan inovatif menjadi aset berharga bagi Partai Golkar Aceh. Keahliannya dalam merancang strategi pemenangan di berbagai level dapat memperkuat perolehan suara pada Pemilu dan Pilkada mendatang. Seperti kata pepatah, pengalaman tak bisa dibeli, melainkan dirajut dari proses dan dinamika perjalanan hidup yang telah dilalui.

Muda dan energik, Andi menjalin pertemanan luas dengan berbagai pemangku kepentingan di tingkat nasional maupun internasional, termasuk pejabat di pemerintah pusat. Meskipun sudah beberapa kali mengikuti pemilihan umum, Andi belum berhasil meraih kemenangan dan memperoleh kursi di parlemen sebagai perwakilan Golkar Aceh. Namun demikian, kiprahnya tak pernah pudar selalu konsisten bergerak dan membangun jaringan meski belum duduk sebagai legislatif.

Melihat peta dukungan DPD II di tingkat kabupaten/kota, terlihat relasi emosional yang kuat di Banda Aceh, Pidie, dan Langsa area - area yang berpotensi mengalihkan dukungan ke Andi Sinulingga. Jika tren ini terus menguat, peluang Andi HS akrab disapa Bang Ucok untuk melangkah maju kian terbuka.

Semua bergantung pada keputusan DPP: apakah mereka bersedia melepas Andi untuk memimpin Golkar Aceh, mengingat kedekatannya dengan Ketua Umum Bahlil Lahadalia, Sekretaris Jenderal Muhammad Sarmuji, dan Muhammad Idrus Marham? Ataukah justru pemikiran dan tenaganya lebih dibutuhkan untuk mengokohkan Golkar di kancah nasional?

Perhitungan untung ruginya ada di tangan para petinggi DPP. Namun, kemenangan Ketua Golkar Aceh sesungguhnya juga berada di genggaman Bang Ucok. Dengan strategi yang tepat misalnya memilih tidak maju tetapi memberikan dukungan kepada salah satu calon Andi HS bisa memperbesar peluang calon tersebut terpilih, sesuai prinsip probabilitas politik. Maka bisa disimpulkan langkah catur Andi HS berpola zigzag dan susah di defenisikan, penuh kejutan.

Lukman CM

Selanjut kader senior Lukman CM, pengusaha kelahiran Montasik, Aceh Besar, adalah kader senior sekaligus pengurus Golkar Aceh selama puluhan tahun. Kesetiaannya kepada partai telah teruji waktu, dan kemampuannya di bidang finansial pun tak diragukan. Karakternya yang tenang, antikonflik, dan inklusif membuat ia ideal untuk menyatukan seluruh kader dalam upaya pemenangan partai.

Namun, dalam sejarah Musda Golkar Aceh, Lukman jarang menunjukkan keberanian untuk mencalonkan diri sebagai Ketua DPD I, meski namanya selalu masuk bursa kandidat pilihan DPP. Di tingkat nasional, ia memiliki jaringan kuat baik di kalangan pengusaha maupun sejumlah menteri yang menjadi nilai tambah dalam pengembangan partai. Sayangnya, gaya komunikasinya yang kurang inklusif kerap dianggap kurang memenuhi kriteria kepemimpinan partai politik.

Meskipun Lukman CM jarang tampil sebagai petarung dalam beberapa kali pemilihan Ketua DPD I Golkar Aceh, pengaruhnya tetap sangat menentukan. Setiap kali ia memberikan dukungan, peluang kemenangan calon ketua langsung membesar terbukti para kandidat yang didukungnya hampir selalu berhasil merebut kursi pimpinan. Inilah posisi tawar dan strategi jitu yang membuat namanya tak pernah bisa dianggap remeh.

Mukhlis

Mukhlis Takabeya, pengusaha asal Bireuen ini dikenal memiliki “tangan dingin”. Selain sukses memimpin dan mengantarkan orang lain menjadi kepala daerah, ia sendiri pernah menjabat Bupati. Di bawah kepemimpinannya, Golkar Kabupaten Bireuen meraih 9 kursi DPRK dan menguasai parlemen daerah sebagai pimpinan DPRK.

Padahal, Bireuen sejatinya adalah basis partai lokal. Berkat strategi jitu Mukhlis dan timnya, bendera Golkar kini berkibar kuat di wilayah tersebut. Penulis berpendapat bahwa DPP Golkar sebaiknya memberikan apresiasi khusus atas prestasi gemilang ini sebagai motivasi politik.

Secara finansial, Mukhlis sudah mapan kondisi yang ideal untuk membesarkan Golkar Aceh. Di sisi lain, jejaringnya di kancah nasional masih perlu diperkuat, mengingat ia baru menapaki dunia politik setelah berkarier panjang sebagai pengusaha murni.

Membangun jejaring nasional menjadi tantangan utama bagi Mukhlis. Sebagai calon Ketua DPD I Golkar Aceh, ia tak hanya dituntut piawai menata internal Aceh, tetapi juga harus mampu menjalin komunikasi strategis dengan kantor pusat. Keberhasilan ini akan menentukan keberpihakan pusat dalam memperjuangkan aspirasi daerah. Dengan demikian, Mukhlis perlu memastikan elektabilitasnya di tingkat provinsi setara bahkan melebihi kekuatan basis lokalnya.

Teuku Raja Keumangan

Sosok keempat, Teuku Raja Keumangan (TRK), dikenal memiliki semangat juang tinggi dalam dunia politik. Berasal dari keluarga ningrat di Nagan Raya, perjalanan kariernya dimulai sebagai Kepala Bappeda setempat. Setelah satu kali gagal merebut kursi Bupati, pada Pemilu 2019 ia berhasil masuk DPRA lewat Dapil X (Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Simeulue). Prestasi tersebut terulang pada Pemilu 2024, ketika TRK memenangkan kembali kursi DPRA periode kedua.

Namun naluri politiknya tak berhenti di legislatif. TRK memutuskan maju sebagai Calon Bupati Nagan Raya 2025 - 2030, dan kali ini sukses. Ia resmi dilantik sebagai Bupati oleh Gubernur Aceh di Gedung DPRK Nagan Raya, Rabu, 19 Feb 2025. Di sisi lain, TRK juga memimpin Ormas MKGR Provinsi Aceh, sehingga memiliki suara penting dalam Musda Golkar Aceh.

Perjalanan TRK dari birokrat, legislatif, hingga eksekutif menunjukkan ketangguhan dan konsistensinya di kontestasi politik. Namun, ia masih perlu memperkuat akselerasi serta jejaring nasionalnya. Pengelolaan sumber daya pribadi juga bisa lebih dioptimalkan untuk menancapkan pengaruhnya di berbagai sektor. Meski demikian, TRK aktif berkolaborasi dengan pihak-pihak nasional untuk mendukung pembangunan Nagan Raya, apalagi dengan dukungan kakaknya, Teuku Zulkarnaini (“Ampon Bang”), yang saat ini menjadi Anggota DPR RI 2024 - 2029 dan pernah dua periode menjabat Bupati Nagan Raya.

Manuver TRK tak bisa diremehkan, sebab relasinya dengan DPD II, DPD I, dan DPP sangat kuat. Pernyataan dukungan dari Muhammad Salim Fakhry, disampaikan langsung oleh Salim dalam pertemuan tertutup dengan pimpinan DPR RI dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Dr. Ir. H. Adies Kadir, S.H., M.Hum, di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta, Selasa (20/5/2025). Belum lagi sudah menjadi bukti nyata, dan wilayah seperti Nagan Raya, Pantai Barat Selatan, serta Tengah Tenggara berpotensi besar mengikutinya memberikan dukungan. Bahkan yang menariknya gaya komunikasi TRK menghubungi satu persatu calon ketua untuk menyatakan dirinya maju, sepertu berkomunikasi dengan Lukman CM, Andi HS, dll. 

Dari sisi logistik dan finansial, TRK memiliki sumber daya yang besar untuk mewujudkan ambisinya sebagai orang nomor satu di Partai Golkar Aceh. Lebih dari itu, kemampuannya merajut jaringan dan berkomunikasi telah teruji ia pernah menempati posisi di lembaga vertikal sebagai jaksa, serta di legislatif dan eksekutif. Dukungan lintas institusi pemerintahan yang dapat diakses TRK semakin memperkuat akselerasi pengembangan jejaringnya.

Menjelang Musda XII Partai Golkar Aceh, momentum ini krusial untuk memilih kepemimpinan baru yang solid menjalankan visi, misi, dan program partai. Pendekatan SWOT khususnya analisis kekuatan dan kelemahan menjadi pijakan penting. Saat ini Jaringan Survey Inisiatif (JSI) juga sedang menggelar survei “Musda XII Golkar Aceh: Pendapat Anda Menentukan Arah Perubahan” sebagai data kuantitatif.

Tulisan ini hadir sebagai pelengkap kajian kualitatif untuk memperkaya hasil survei. Diharapkan dapat membantu kader, konstituen, dan pengurus Golkar di semua tingkatan untuk fokus berpikir dengan pendekatan ‘rational choice’. Selain itu, tulisan ini ditujukan sebagai bahan pendidikan politik bagi masyarakat Aceh, sehingga menjadi pertimbangan matang dalam menentukan figur Ketua DPD I Golkar Aceh.

Empat sosok Andi HS, Lukman CM, Mukhlis Takabeya, dan TRK memperlihatkan dinamika pergerakan dan besarnya dukungan kader. Meski demikian, peluang bagi tokoh lain belum tertutup, hanya saja hingga kini mereka belum menunjukkan langkah yang signifikan. Tulisan ini menegaskan bahwa kunci kemenangan seseorang dalam kontestasi Ketua DPD I Golkar Aceh di antara keempat nama tersebut ditentukan oleh tiga faktor utama: dukungan dan keputusan DPP, dukungan pemilik suara, dan ketersediaan finansial yang besar.

Berkaca dari Pilkada Gubernur Aceh sebelumnya ketika Golkar Aceh gagal bernegosiasi efektif dengan partai lokal serta partai nasional lainnya dan pada momen akhir pendaftaran malah “tergelincir” dalam pengambilan keputusan politik semua pemilik suara di Musda XII diharapkan serius memilih pemimpin yang tepat. Golkar Aceh menanti figur yang tidak hanya berkarisma, tetapi juga cerdas bermitra demi keberlanjutan dan kejayaan partai.

Sebagai penutup, Musda XII Golkar Aceh tidak sekadar ritual pergantian pucuk pimpinan, melainkan momentum kebersamaan yang meneguhkan komitmen kolektif untuk mewujudkan kejayaan partai. Empat figur Andi HS, Lukman CM, Mukhlis Takabeya, dan TRK mewakili ragam kekuatan dan strategi, namun hanya satu pilihan yang akan menerjemahkan visi dan misi Golkar Aceh ke dalam prestasi nyata. Kini, giliran seluruh kader dan pemangku kepentingan menyalakan obor kebijaksanaan: menimbang rekam jejak, menakar kecerdasan bermitra, dan merajut sinergi demi masa depan Partai Golkar yang lebih gemilang. Semoga keputusan final yang diambil tidak hanya menggugah hati nurani, tetapi juga mengantarkan Aceh pada era baru penuh harapan dan keberhasilan.

Penulis: Aryos Nivada Pendiri Jaringan Survei Inisiatif/Lingkar Sindikasi

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
hardiknas