kip lhok
Beranda / Berita / Beda Sikap Politik Berujung Pemecatan, Pengamat: Budiman Sudjatmiko Sudah Pertimbangkan Dengan Matang

Beda Sikap Politik Berujung Pemecatan, Pengamat: Budiman Sudjatmiko Sudah Pertimbangkan Dengan Matang

Minggu, 27 Agustus 2023 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Zulkarnaini


Dr Firman  Pengamat Politik dan Kebijakan Publik dari Universitas 17 Agustus 1945 (UTA 45) Jakarta. Foto: for Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Perbedaan sikap politik antara Budiman Sudjatmiko dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam mendukung calon presiden pada Pemilihan Presiden 2024 (Pilpres) sorotan utama dalam dunia politik Indonesia. 

Perbedaan ini akhirnya berujung pada pemecatan Budiman Sudjatmiko dari PDIP, sebuah keputusan yang telah dipertimbangkan dengan matang.

Pengamat Politik dan Kebijakan Publik dari Universitas 17 Agustus 1945 (UTA 45) Jakarta, Dr. Firman menjelaskan bahwa perbedaan sikap antara Budiman Sudjatmiko dan PDIP semakin terlihat ketika Budiman secara perlahan mulai keluar dari partai tersebut. Ini disebabkan oleh pertimbangan terkait dengan ruang dan optimalisasi kapasitas politik yang mungkin tidak ditampung oleh PDIP.

"Terlihat bahwa Budiman Sudjatmiko telah mengambil sikap politik yang berbeda secara bertahap, dan ini akhirnya berujung pada pemecatan dari PDIP. Keputusan ini tampaknya telah dipertimbangkan dengan matang, dan kemungkinan didasari oleh perbedaan pandangan tentang calon presiden yang akan diusung dalam Pilpres 2024,” kata Dr. Firman kepada DIALEKSIS.COM, Sabtu (27/8/2023).

Menurutnya, perbedaan pandangan politik bukanlah hal yang jarang terjadi dalam politik, dan merupakan bagian dari dinamika demokrasi. Ketika seorang politisi merasa bahwa pandangan atau visinya tidak sejalan dengan partai yang mereka wakili, mereka mungkin memutuskan untuk mengambil langkah yang sesuai dengan keyakinan mereka.

“Kalau umpanya PDIP mampu memaksimalkan kapasitas Budiman untuk membesarkan PDIP tentu akan berbeda dalam konteks arah Pilpres 2024,” katanya. 

Keputusan Budiman Sudjatmiko untuk berbeda pendapat secara politik dengan PDIP dan mengambil langkah keluar dari partai yang telah lama menjadi rumah politiknya merupakan sebuah langkah yang disertai dengan pertimbangan mendalam dan banyak aspek yang telah ia kaji secara pribadi.

Menurutnya, Budiman Sudjatmiko sebagai seorang politisi berpengalaman, mungkin telah membaca tanda-tanda dalam politik yang terus berubah dan mempertimbangkan masa depannya sebagai pemimpin masyarakat.

“Pertimbangan pribadi, visi politik, dan kepentingan individu adalah faktor yang seringkali mendominasi dalam pengambilan keputusan politik. Terkadang, politisi merasa bahwa partai politik mereka tidak lagi mewakili visi atau agenda yang mereka anggap penting,” ujar pengamat politik itu.

Dalam hal ini kata Dr. Firman,langkah Budiman Sudjatmiko untuk berbeda pendapat dengan PDIP bisa menjadi hasil dari perenungan pribadi dan pertimbangan tentang arah politiknya yang ingin ia kejar.

“Keputusan Budiman Sudjatmiko mencerminkan kompleksitas dalam politik, di mana faktor ideologis, strategis, dan pribadi dapat saling bersinggungan. Ini adalah bagian dari dinamika politik yang wajar, di mana politisi sering harus membuat keputusan yang paling sesuai dengan pandangan dan kepentingan mereka”.

Menurutnya, keputusan Budiman Sudjatmiko juga memberikan wawasan tentang pentingnya demokrasi dalam politik, di mana politisi memiliki kebebasan untuk mengambil langkah yang mereka yakini benar dan sesuai dengan visi mereka. Dalam politik kepentingan, perubahan afiliasi politik adalah hal yang tidak jarang terjadi dan merupakan bagian dari proses demokratisasi dalam sistem politik Indonesia.

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda