kip lhok
Beranda / Berita / BMKG Prediksi Gempa Megathrust dan Tsunami di RI

BMKG Prediksi Gempa Megathrust dan Tsunami di RI

Senin, 19 Agustus 2024 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Gempa Megathrust Menghantui Indonesia, Ini Daftar Wilayah Berpotensi Terdampak. Foto: Istock photo


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Gempa dahsyat berkekuatan 7,1 SR yang mengguncang Pulau Kyushu, Jepang, pada 8 Agustus lalu telah memicu kekhawatiran akan potensi gempa besar di Indonesia. Namun, seberapa realkah ancaman ini dan bagaimana kita harus menyikapinya?

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengungkapkan bahwa kekhawatiran para ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai memiliki kesamaan dengan situasi di Indonesia. 

"Yang perlu diwaspadai di Indonesia adalah Seismic Gap Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Suberut (M8,9)," ujarnya.

Meski demikian, Daryono menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu panik. BMKG telah menyiapkan sistem monitoring, processing, dan diseminasi informasi gempa dan peringatan dini tsunami yang semakin canggih. 

"Kami bisa memodelkan tsunami yang mungkin terjadi dan dampaknya menggunakan sistem InaTEWS," jelasnya.

Lantas, bagaimana dengan rumor efek domino gempa Jepang terhadap Indonesia? Daryono membantah tegas. "Jika terjadi gempa besar di Megathrust Nankai, dipastikan deformasi batuan skala besar yang terjadi tidak akan berdampak terhadap sistem lempeng tektonik di wilayah Indonesia," tegasnya.

Meski begitu, Indonesia tetap harus waspada. Terdapat 13 segmen megathrust yang mengepung negeri ini, mulai dari Megathrust Mentawai-Pagai (M8,9) hingga Megathrust Papua (M8,7). Fakta ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan.

Sejak gempa Jepang, tercatat 7 kali gempa mengguncang wilayah Indonesia. Namun, Daryono memastikan bahwa gempa-gempa tersebut tidak terkait dengan Megathrust Nankai. "Gempa kita memang banyak," tambahnya, menegaskan bahwa hal ini adalah kondisi normal mengingat posisi Indonesia di cincin api Pasifik.

Kesimpulannya, waspada adalah sikap yang bijak, namun kepanikan justru kontraproduktif. Yang terpenting adalah meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Dengan pemahaman yang tepat dan sistem peringatan dini yang canggih, kita bisa lebih siap menghadapi potensi bencana alam di masa depan. 

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda