Guru Besar UI Minta Audit Kasus Kematian Covid-1
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Angka kematian akibat Covid-19 masih menunjukkan angka sangat tinggi bahkan sempat mencapai lebih dari 2.000 kasus per hari. Terkait hal itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Prof Tjandra Yoga Aditama, mendesak pentingnya audit kasus kematian Covid-19 di Indonesia agar didapatkan pola nasional tentang faktor-faktor penyebab tingginya angka kematian.
“Tingginya angka kematian amat memprihatinkan karena jumlah yang meninggal bukan hanya sebatas angka saja, keluarga dan kerabat kita yang sudah meninggal tidak akan mungkin kembali lagi,” kata Tjandra dalam pernyataannya yang diterima Beritasatu.com, Sabtu (31/7/2021).
Tjandra mengatakan upaya maksimal harus dilakukan untuk menganalisa dan menekan kasus warga yang wafat karenaCovid-19.
“Audit kasus kematian adalah suatu prosedur yang sudah rutin dilakukan di berbagai rumah sakit. Kalau hasil audit kematian ini dikumpulkan dan dikompilasi maka akan didapat pola nasional tentang apa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingginya angka kematian,” katanya.
Tjandra menambahkan, pemerintah juga perlu melakukan analisa tentang ribuan warga yang wafat setiap hari. Analisa itu mencakup jumlah warga yang wafat di rumah sakit, berapa yang meninggal di rumah, atau berapa yang sudah dibawa ke rumah sakit dan tidak dapat tempat.
“Juga bagaimana pola umurnya, mana jenis komorbid paling banyak, dan lainnya,” tandasnya.
Menurut Tjandra, tingginya angka kematian berhubungan dengan besarnya jumlah kasus positif. Jika angka penularan di masyarakat masih amat tinggi maka kasus akan terus bertambah, serta secara proporsional, kasus yang berat dan meninggal juga akan terus bertambah.
Dia menjelaskan, penularan di masyarakat ditandai dengan positivity rate di Indonesia yang angka totalnya adalah sekitar 25%. Bahkan, jika berdasarkan tes PCR angka lebih dari 40%.
“Angka ini harus ditekan dengan pembatasan sosial yang ketat, mulai dari pelaksaan 3M, 5M, sampai ke berbagai jenis PPKM,” ujarnya.
Tjandra juga mendesak adanya peningkatan tes dan telusur atau pelacakan kontak. Menurutnya, hanya dengan tes dan telusur yang masif maka dapat ditemukan kasus di masyarakat.
“Segera memberi penanganan kepada mereka sebelum terlambat dan mengisolasi mereka yang positif sehingga rantai penularan dapat dihentikan,” katanya.[Beritasatu.com]