kip lhok
Beranda / Berita / Indonesia dan China Sepakat Mulai Tinggalkan Dolar AS

Indonesia dan China Sepakat Mulai Tinggalkan Dolar AS

Rabu, 04 Agustus 2021 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Jakarta -Bank Indonesia (BI) mengumumkan telah resmi menandatangani kesepakatan dengan China untuk menggunakan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan maupun investasi.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI, Donny Hutabarat kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (3/8/2021).

"Saat ini Indonesia telah menyepakati kerangka kerja LCS dengan Tiongkok (implementasi Agustus 2021)," ujarnya.

Adapun kata Donny transaksi LCS dengan China yang akan segera diimplementasikan, di antaranya adalah underlying berupa current account dan investasi langsung.

"Juga transaksi valas, baik itu melalui spot, forward, swap, CCS (Cross Currency Swap), dan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward," jelas Donny.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menambahkan saat ini LCS dengan Tiongkok sudah ditandatangani, namun belum secara resmi diimplementasikan. Karena masih menunggu pemenuhan beberapa persyaratan oleh bank-bank ACCD yang ditunjuk.

"Progress-nya sangat positif sehingga diharapkan dalam waktu dekat kerjasama LCS dengan Tiongkok dapat segera diimplementasikan," jelas Erwin kepada CNBC Indonesia.

China yang merupakan mitra dagang utama Indonesia. Dalam 6 bulan tahun ini, ekspor non migas ke China mencapai US$ 21,2 miliar dan impor US$ 25,2 miliar. Kedua negara telah telah menyelesaikan mekanisme teknis dari pelaksanaan LCS.

Memandang hal tersebut, Direktur Eksekutif Next Policy, Fithra Faisal menilai kerjasama LCS Indonesia dan China akan membawa keuntungan besar untuk kedua negara.

"Di regional ASEAN dan financial market dan regional Asia bisa lebih besar dan matang," ujarnya dikutip dari kanal Youtube IDX Channel.

"Dengan argumentasi dan multipolar Asia dan negara-negara barat yang dulu mendominasi, sekarang perkembangan financial market dan perdagangan internasional akan semakin insentif di wilayah Timur Dunia," kata Fithra melanjutkan.

Selain itu, ketika LCS Indonesia dan China ini dijalankan, menurut Fithra risiko volatilitas tidak akan dialami dalam jangka pendek.

"Volatilitas dollar terjadi, karena orang ramai menggunakannya dan salah satunya variasi penggunaannya besar dan dinamikanya besar," tuturnya.[CNBC Indonesia]

Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda