DIALEKSIS.COM | Jakarta - Untuk menentukan tanggal 1 Syawal 1444 H atau Hari Raya Idul Fitri, Kementerian Agama (Kemenag) akan melakukan sidang isbat. 

Adapun cara kerja sidang isbat yaitu mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis (hisab), dan hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan (rukyatul) hilal. 

Sementara dalam bulan Hijriah, hilal merupakan bulan sabit pertama yang teramati sesudah maghrib yang jadi penanda awal bulan hijriah. Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin menjelaskan sidang Isbat Idul Fitri 2023 akan dilaksanakan pada 21 April 2023.

Alasannya pada tanggal tersebut bertepatan dengan tanggal 29 Ramadan 1444 H sehingga masih ada waktu untuk menentukan 1 Syawal 1444 H. 

Dikutip dari laman Kemenag, sejak tahun pertama beridiri Kementerian Agama yaitu pada  1946, pemerintah telah menerbitkan regulasi tentang kewenangan menetapkan hari raya yang terkait dengan peribadatan sebagai Hari Libur.

Dalam aturan tersebut juga termasuk dalam menetapkan Hari Raya Idul Fitri dan bulan Ramadan bagi umat Islam. Sidang isbat pertama kali diadakan di Indonesia dalam rangka penetapan tanggal 1 Ramadan dan Idul Fitri yaitu antara 1950-1962. 

Dalam buku Agenda Kementerian Agama 1950 -1952 diterbitkan oleh Bagian Publikasi dan Redaksi Djawatan Penerangan Jalan Pertjetakan Negara - Jakarta,  dijelaskan tentang penetapan Hari Raya Islam. 

“Penetapan Hari Raya Islam, terutama permulaan Puasa Ramadan, selain dengan memperhitungkan peredaran bulan, juga berdasarkan rukyat maka oleh karena itu penetapan tanggal 1 Ramadan dan Idul Fitri pada pokoknya harus menunggu rukyatul hilal yang kelak akan diumumkan pada waktunya.”