Jum`at, 17 Oktober 2025
Beranda / Berita / Jenazah Adam Malik Eks Libya Tiba di Aceh, Disambut Jubir KPA dan Rekan Seperjuangan

Jenazah Adam Malik Eks Libya Tiba di Aceh, Disambut Jubir KPA dan Rekan Seperjuangan

Kamis, 16 Oktober 2025 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Rekan Seperjuangan waktu di Gerakan Aceh Merdeka. Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Suasana haru menyelimuti Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Kamis pagi (16/10/2025), saat jenazah almarhum Adam Malik, salah seorang mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pernah menjalani pelatihan militer di Libya, tiba di tanah kelahirannya.

Kedatangan jenazah disambut langsung oleh Juru Bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat, Zakaria M. Yacob, atau yang akrab disapa Bang Jack Libya, bersama sejumlah eks kombatan GAM lainnya. Mereka dengan khidmat menyambut kepulangan terakhir rekan seperjuangan yang wafat dua hari sebelumnya.

Bang Jack menyampaikan bahwa Adam Malik bin Nurdin menghembuskan napas terakhir pada 15 Oktober 2025, pukul 04.30 WIB di RS Harapan Kita, Jakarta.

“Jenazah almarhum dipulangkan ke Aceh, tepatnya ke Ceurih Blang Mee, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, untuk dimakamkan,” ujarnya.

Pihak KPA Pusat turut menyampaikan belasungkawa mendalam atas kepergian almarhum.

“Kami berdoa semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT, diampuni segala dosa-dosanya, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” tutur Bang Jack dengan nada penuh haru.

Adam Malik dikenal sebagai salah satu alumni pelatihan militer Tripoli, Libya, tempat di mana ratusan anggota GAM mendapat pembinaan pada awal 1980-an di bawah dukungan Pemimpin Libya, Muammar Khadafi. Kala itu, sekitar 400 hingga 600 anggota GAM dikirim ke berbagai kamp pelatihan seperti Tajura di Tripoli, Sabha di selatan Libya, serta Sirte dan Al-Jufra di wilayah tengah.

Pelatihan tersebut merupakan bagian dari program dukungan Khadafi terhadap gerakan kemerdekaan dunia ketiga melalui World Revolutionary Center (WRC). Para peserta menerima pelatihan intensif tentang strategi perang gerilya, taktik intelijen, hingga penggunaan senjata berat.

Sepulang dari Libya, para alumni itu kemudian menjadi tulang punggung kekuatan militer GAM pada dekade 1980“1990-an, memainkan peran penting dalam memperkuat struktur organisasi dan kemampuan tempur gerakan tersebut.

“Meski hubungan itu berakhir seiring perubahan politik di Libya, pengalaman pelatihan di sana tetap menjadi bagian penting dari sejarah perjuangan GAM sebelum lahirnya perdamaian Helsinki tahun 2005,” tambah Bang Jack.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI