DIALEKSIS.COM | Aceh Besar - Suasana mencekam dan aksi unjuk rasa dari puluhan mahasiswa Universitas Abulyatama (Unaya) menggelar unjuk rasa di gerbang kampus Lampoh Keudee, Aceh Besar, Senin (14 April 2025). Mereka menuntut hak pendidikan yang terhambat serta membakar ban sebagai bentuk protes.
Aksi ini semakin memanas setelah insiden kekerasan oleh kelompok tak dikenal berseragam Satgas Unaya, yang diduga dipimpin Muhlis dari kubu RB. Kelompok ini menerobos paksa kampus, memukuli petugas keamanan, dan memicu keresahan civitas akademika.
Rektor Unaya, Dr. Nurlis Effendi, menyatakan unjuk rasa sebagai bagian dari demokrasi kampus. “Mereka boleh menyuarakan aspirasi selama berdasar fakta dan data,” tegasnya.
Namun, Nurlis mempertanyakan pihak yang dianggap menghambat hak mahasiswa. “Siapa yang menghalangi mereka? Data itu harus disampaikan ke saya,” ujarnya.
Ia juga mengeluarkan Surat Edaran Nomor 024.01.03 tertanggal 14 April 2025, meminta seluruh civitas akademika kembali beraktivitas normal. Dekan dan Kaprodi diperintahkan mendistribusikan mata kuliah serta memperbarui roster dosen.
“Intimidasi terhadap dosen dan mahasiswa harus dihentikan. Oknum pelaku sudah dilaporkan ke polisi,” tegas Nurlis, merujuk pada laporan resmi Yayasan Abulyatama Aceh.
Insiden premanisme oleh kelompok berseragam Satgas Unaya memicu aksi lanjutan. Ratusan mahasiswa turun ke jalan menolak keras intervensi pihak luar. “Kampus bukan arena konflik. Kami minta polisi bertindak tegas!” seru M. Rizal, koordinator aksi.
Lima poin tuntutan mereka meliputi:
Insiden ini mengganggu proses belajar-mengajar dan mencoreng citra kampus. Mahasiswa mendesak aparat keamanan memulihkan ketertiban.
“Kampus harus menjadi ruang intelektual yang damai,” tegas salah seorang peserta aksi.
Masyarakat dan akademisi berharap kasus ini diselesaikan tanpa kekerasan, mengedepankan dialog dan penegakan hukum. Nurlis pun berjanji menindak tegas pihak yang menghambat pendidikan di Unaya.
“Siapapun pelakunya, tidak akan kami tolerir,” pungkasnya.