kip lhok
Beranda / Berita / Melarang Mudik Bagaikan Membendung Air

Melarang Mudik Bagaikan Membendung Air

Rabu, 12 Mei 2021 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo
Walau sudah dilarang pemerintah, aksi mudik tetap dilakukan warga. terlihat susana mudik yang berusaha menerobos pos penyekatan. para pemudik diperintahkan putar balik. (foto/Dok Kompas.com)

Air akan mencari tempat yang rendah untuk mengalir. Namun seberapapun tingginya bendungan yang dibuat untuk menahan air, benda cair ini akan mampu melintasinya. Membendung air kalau bisa diibaratkan, itulah gambaran pemudik di Indonesia saat ini.

Pemerintah sudah mengeluarkan aturan larangan mudik untuk tahun ini. Wabah corona masih menghantui pertiwi. Untuk memutus mata rantai penyebarangan Covid-19, pemerintah sudah mengeluarkan ketentuan tidak membenarkan mudik.

Dengan tahun ini berarti sudah dua tahun pemerintah melarang rakyatnya untuk mudik. Namun larangan kali ini mendapat “perlawanan” dari masyarakat. Pemerintah tahun ini dalam melarang mudik bagaikan membendung air.

Masyarakat yang bertekad mudik menempuh berbagai cara untuk sampai ke kampung halaman. Khususnya mereka yang mengendarai sepeda motor. Mereka bukan hanya mencari jalan alternatif, jalan tikus.

Namun ada juga yang membangun kekuatan menerobos pos penyekatan yang dijaga aparat. Beberapa titik pos penyekatan, khususnya di Pulau Jawa mampu ditembus pemudik. Ledakan pemudik yang menerobos penyekatan menjadi viral di dunia maya.

Sementara itu jalan jalan tikus juga dimanfaatkan pemudik, walau ada yang medanya berat, namun tetap dilalui pemudik. Bahkan ada yang nekat mengangkut sepeda motornya ke atas rakit, demi sampainya ke kampung halaman.

Masyarakat juga bagai bahu membahu “membantu” pemudik untuk bisa lolos dari pos penyekatakan aparat keamanan. Namun sangat banyak juga mereka yang diperintahkan putar balik. Sejak diberlakukan larangan mudik 6 Mei 2021 “sampai 16 Mei nanti, berita tentang mudik semakin menarik untuk dikuti.

Khususnya di kawasan pulau jawa, aksi menerobos pos penyekatan atau mencari jalan alternatif untuk lolos. Hingga tulisan ini diturunkan, aksi mudik dan putar balik yang diperintah petugas, serta aksi menerobos dan mencari jalan alternatif, masih menghiasi berita di negeri ini.

Dilain sisi tingkat kekhawatiran penyebaran Covid-19 juga sangat mencemaskan. Pemerintah sudah melalukan tes swap antigen secara acak. Hasilnya mengejutkan, dari 6.742 warga yang dites antigen saat mudik, 4.123 dinyatakan positif covid-`19.

Terhitung sejak 6 Mei 2021, pengetatan yang dilakukan oleh polisi dan aparat di 381 lokasi, sudah membuktikan 4.123 warga positif Covid-19, walau dilakukan tes secara acak. Sebanyak 1.686 orang melakukan isolasi mandiri. 75 orang lainya mendapatkan perawatan.

Tidak diketahui dengan pasti, apakah mereka yang telah lolos di pos penyekatan juga banyak yang positif corona? Yang pasti pemerintah dalam melarang mudik bagaikan membendung air mengalir.

Sipat air yang mencari tempat rendah, akan mampu melalui seberapapun tingginya bendungan. Hukum air ini kini menjadi sejarah bagi pemudik, mereka disekat di satu tempat, berusaha mencari tempat lainya untuk lolos dengan berbagai cara.

Amukan wabah corona yang kini masih menghantui dunia, dimana India akhir akhir ini dipenuhi dengan gelimpangan mayat akibat Covid-19, tidak membuat para pemudik surut. Mereka tetap nekat untuk mudik.

Untuk Indonesia, menurut Jubir Penanganan Covid -19, Wiku Adisasmito, dari data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 hingga Senin (10/5/2021) pukul 12.00 WIB menunjukkan, mencapai 1.718.575 orang, terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.

Jumlah pasien Covid-19 yang sembuh di Indonesia hingga saat ini mencapai 1.574.615 orang. Pada periode 9-10 Mei 2021, ada 206 pasien Covid-19 yang tutup usia. Sehingga, angka kematian akibat Covid-19 mencapai 47.218 orang sejak awal pandemi.

Angka yang mengejutkan. Menurut Jubir Wiku Adisasmito, positivity rate Indonesia pada Mei 2021 disebut berada di titik terendah selama pandemic, yakni 11,3 persen. Namun, jika abai terhadap protokol kesehatan dan tetap pergi mudik, bukan tidak mungkin kasus Covid-19, di Indonesia meloncat drastis dalam waktu cepat seperti di India.

"Apablia kita tidak sama-sama menjaga agar penularan Covid-19, tidak semakin meluas contohnya dengan tetap mudik dan mengunjungi saudara di kampung halaman, bukan tidak mungkin kasus Covid-19, meningkat bahkan sama parahnya seperti India," kata Wiku Adisasmito.

Namun di lapangan hingga berita ini diturunkan aksi mudik masih tetap menyemut, upaya putar balik yang dilakukan petugas tidak membuat seluruh pemudik surut. Mereka ada yang melakukan upaya diluar jangkauan petugas, demi tetap mudik.

Melihat kenyataan ini, semoga apa yang dicemaskan banyak pihak, khususnya seperti yang disampaikan Jubir Covid-19, ledakan wabah ini seperti di India tidak melanda bumi pertiwi.

Kita semua prihatin dengan kondisi saat ini. Larangan mudik telah membawa dampak luas pada sisi kehidupan. Mereka yang mengantungkan hidup dari jalan, menghadapi kenyataan pahit yang memprihatinkan.

Mereka yang ingin mudik sudah dua tahun memendam rindu tak bertemu keluarga. Namun dilain sisi, gempuran wabah corona tidak mengenal keadaan, dia akan menjalar kemana mana. Untuk itu mari sama sama kita memutuskan mata rantai Covid, kalau bukan kita yang melakukanya siapa lagi? (Bahtiar Gayo)


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda