kip lhok
Beranda / Berita / Pakar USK Prof Agussabti: Enam Langkah Hadapi Kemarau Aceh

Pakar USK Prof Agussabti: Enam Langkah Hadapi Kemarau Aceh

Selasa, 25 Juni 2024 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : biyu

Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si, Wakil Rektor 1 sekaligus Dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Foto: for Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan 63,66 persen Zona Musim di Indonesia akan mengalami musim kemarau pada Mei hingga Agustus 2024. Mengantisipasi hal tersebut, pakar pertanian dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, menyarankan enam langkah strategis bagi pemerintah Aceh.

Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si, Wakil Rektor 1 sekaligus Dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, menekankan pentingnya tindakan proaktif untuk melindungi para petani. "Pemerintah Aceh perlu mengambil langkah proaktif untuk melindungi para petani dari kerugian akibat kekeringan," ujar Agussabti kepada Dialeksis.com (25/06/2024). 

Enam langkah strategis yang diusulkan Agussabti meliputi: perbaikan infrastruktur irigasi, pelatihan teknik pertanian hemat air, diversifikasi tanaman, pengembangan sistem peringatan dini cuaca, perluasan program asuransi pertanian, dan penyediaan teknologi pertanian modern

Agussabti menekankan pentingnya perbaikan dan peningkatan sistem irigasi. "Ini akan memastikan distribusi air yang efisien ke lahan pertanian, bahkan saat sumber air terbatas," jelasnya.

Untuk pelatihan, ia menyarankan petani dibekali pengetahuan tentang metode pertanian hemat air, seperti sistem irigasi tetes dan mulsa. Sementara untuk jangka panjang, Agussabti mengusulkan diversifikasi tanaman dengan mendorong penanaman varietas tahan kekeringan.

Dalam aspek finansial, pakar ini mengusulkan perluasan program asuransi pertanian untuk melindungi petani dari kerugian akibat gagal panen. Ia juga menyarankan penyediaan teknologi pertanian modern seperti pompa air tenaga surya.

Agussabti menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan petani. "Diperlukan pendekatan terpadu yang melibatkan semua pemangku kepentingan untuk menghadapi tantangan musim kemarau," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda