Jum`at, 24 Oktober 2025
Beranda / Berita / Prof. Agussabti: Lima Syarat Pemimpin Ideal dalam Islam

Prof. Agussabti: Lima Syarat Pemimpin Ideal dalam Islam

Jum`at, 24 Oktober 2025 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Informasi perihal Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si, IPU, ASEAN Eng, yang juga Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Syiah Kuala (USK) menjadi khatib di Jumat di Masjid Raya Baiturrahman pada 24 Oktober 2025, Foto: doc humas MRB/Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Khatib Jumat di Masjid Raya Baiturrahman pada 24 Oktober 2025, yakni Prof. Dr. Ir. Agussabti, M.Si, IPU, ASEAN Eng, yang juga Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Syiah Kuala (USK), menyampaikan khutbah bertema “Syarat-Syarat Seorang Pemimpin dalam Islam.” 

Dalam khutbahnya, Prof. Agussabti mengingatkan bahwa setiap orang sejatinya adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, baik di dunia maupun di akhirat.

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya,” ujar Prof. Agussabti, mengutip hadis Rasulullah SAW dari HR. Bukhari dan Muslim.

Menurutnya, dalam ajaran Islam, kepemimpinan merupakan amanah besar yang tidak hanya berkaitan dengan kekuasaan, tetapi juga tanggung jawab moral dan spiritual. Pemimpin, katanya, menjadi penentu tegaknya nilai keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat.

Prof. Agussabti menegaskan, Islam menempatkan pemimpin sebagai sosok sentral yang menentukan baik atau buruknya kehidupan umat. 

“Ketika pemimpinnya bertakwa kepada Allah, ia akan memimpin dengan adil. Namun jika ia tidak takut kepada Tuhannya, maka akan memimpin dengan bengis dan menzalimi rakyat,” jelasnya.

Dalam khutbah tersebut, ia menguraikan lima syarat utama bagi seorang pemimpin ideal menurut ajaran Islam:

Pertama, jujur dan menjadi teladan.

Pemimpin yang jujur, katanya, adalah yang selaras antara ucapan dan perbuatan. “Allah sangat membenci orang yang mengatakan sesuatu yang tidak ia lakukan,” ujar Prof. Agussabti mengutip surah Ash-Shaff ayat 2 - 3.

Menurutnya, kejujuran merupakan kunci dalam membangun kepercayaan publik. Ketika kejujuran hilang, maka hilang pula kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya.

Kedua, amanah dan dapat dipercaya.

Ia menekankan pentingnya menjaga amanah dan menjauhi kecurangan. Rasulullah SAW, katanya, menjadi teladan utama dalam hal ini karena mampu menahan diri dari godaan materi meski berkuasa penuh atas harta rampasan perang.

“Banyak godaan ketika seseorang memiliki kekuasaan, hanya iman dan rasa takut kepada Allah yang bisa menjaga amanah itu,” ucapnya.

Ketiga, bertanggung jawab.

Pemimpin sejati, ujar Prof. Agussabti, adalah yang berani menerima konsekuensi atas keputusan yang diambil. 

“Jangan hanya tampil di depan saat berhasil, tapi menyalahkan bawahan saat gagal,” katanya. Ia menegaskan bahwa pemimpin harus siap menanggung akibat dari kebijakan yang dibuat dan belajar dari kesalahan.

Keempat, memiliki keahlian dan kecerdasan.

Dalam pandangannya, pemimpin harus memiliki dua kecerdasan utama: kapasitas personal dan kapasitas kolektif. 

“Pemimpin tidak cukup hanya cerdas di bidangnya, tetapi juga harus mampu menggerakkan orang lain menuju visi bersama,” tuturnya.

Ia mengingatkan bahaya menyerahkan amanah kepada orang yang bukan ahlinya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” (HR. Bukhari)

Kelima, mencintai dan dicintai rakyat.

Pemimpin yang baik, menurutnya, adalah yang tulus mengayomi rakyat dan mendoakan kebaikan bagi mereka. 

“Hubungan timbal balik antara pemimpin dan rakyat yang saling mencintai akan menciptakan suasana damai dan stabil,” ujarnya.

Ia juga memperingatkan agar pemimpin tidak sombong ketika telah berkuasa. “Sebelum menjadi pemimpin, kita memohon dukungan rakyat. Tapi setelah terpilih, banyak yang berubah menjadi sombong. Padahal Allah tidak menyukai orang yang sombong,” tegasnya.

Menutup khutbah, Prof. Agussabti mengingatkan bahwa kemuliaan seorang pemimpin bukan diukur dari jabatan yang dipegang, melainkan dari apa yang dilakukan dengan jabatan itu.

“Kemuliaan pemimpin bukan pada kekuasaan, tapi pada seberapa besar manfaat yang ia berikan kepada rakyatnya,” katanya.

Ia kemudian mengajak jamaah untuk senantiasa berdoa agar Allah SWT menganugerahkan pemimpin yang jujur, amanah, bertanggung jawab, cerdas, dan mencintai rakyatnya. 

“Dan semoga kita semua dijauhkan dari pemimpin yang zalim, bengis, dan tak peduli pada rakyat,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI