kip lhok
Beranda / Berita / Pulowijo Gosari Siap Fasilitasi Petani Milenial di Indonesia

Pulowijo Gosari Siap Fasilitasi Petani Milenial di Indonesia

Minggu, 12 September 2021 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizky

[IST]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Entrepreneur Algiculture bersama Polowijo Gasari Indonesia menggelar diskusi  yang bertajuk "Petani Muda: Bertani Secara Cerdas", Sabtu (11/9/2021) pukul 16.00 WIB melalui Zoom Meeting.

Diskusi ini turut mengundang dua narasumber, Pakar Pertanian, Adhie Widiharto dan Ceo PT Polowijo Gosari Indonesia, Deddy Harnoko Sucahyo

Deddy mengatakan kalau bertani adalah sumber kehidupan untuk membangkit negara dan bagaimana kita bertani secara cerdas agar dapat menguntungkan semua bisni di negeri ini.

Dia mengatakan potensi bisnis pertanian adalah sebuah harapan yang besar apalagi dimasa pandemi ini.

"Dari 30 juta petani di Indonesia cuma 20-30% yang dari milenial menurut data itupun belum semua mempunyai sukses teori," ucapnya dalam diskusi tesebut.

Hari ini petani sudah sangat modern semua peralatan mempunyai mesin canggih yang harganya murah.

Sementara itu, keluarga besar Pulowijo mengatakan siap memfasilitasi semua petani milenial di Indonesia.

Selain itu, Adhie juga mengatakan rata-rata petani Indonesia mempunyai lahan 0,3 yang dimana kalau seperti ini akan membuat mereka terus miskin.

Ia juga menyebutkan rata-rata umur petani kita 55 tahun, tenaganya tidak bisa kita pungkiri dan agama jadi alasan untuk bersyukur terhadap semua kegiatan pertaniannya.

"Pendidikan kita hari ini yang masih muda mampu memikirkan bagaimana pertanian yang lebih baik dengan logika-logika dan maindset yang kita punyai," jelas Adhie.

Ia juga menambahkan, keluarga petani kita dalam mengusahakan pertaniannya itu biasa-biasa saja dan seharusnya para petani milenial menjadi inovator bagi mereka, dengan dunia digital yang begitu besar kita bisa mengajak, menginpirasi ide-ide dan sebagainya.

"Kita akan menjadi petani seperti apa kalau kita progresif tentunya kita akan maju lebih cepat tinggal bagaimana mencari jalan untuk mendapatkan itu," katanya.

Adhie menegaskan bahwa petani kuncinya yang bisa mengajak teman-teman untuk ikut serta yang mempunyai kemampuan untuk mengorganisir dam sebagainya tentunya akan menjadi formalider.

"Kemudian bertani sendiri atau barsama-sama karena ada kaloborasi, kemitraan, akuisisi, marger, join venture, intiplasma, offtaker, korporasi, kso-jo, dan bapak angkat. Ini bisa kita lakukan kerja sama yang dilakukan oleh petani walaupun kita tidak punya lahan," tutupnya.

"Jadi bertani harus mempunyai hubungan yang banyak dengan setiap wilayah, karena tidak bisa bekerja sendiri, kita harus menjadi mitra strategis. Jadi banyak tempat untuk kita, (petani) tidak semua mencangkul, tidak semua main traktor atau mengurus dagang, jadi semua punya bagiannya masing-masing," ujar Adhie Widihartho.

Adapun mitra strategis tersebut seperti Alsintan (olah pasca panen), Agro Input (benih, pupuk, pestisida), Permodalan (kelayakan), Kontrak Kemitraan (petani, karyawan), Produsen Benih (benih, pendampingan, distribusi), Kementan (regulasi, fasilitasi, kolaborasi), Pemda atau Dinas (perijinan, pembinaan, pengawasan), Buyer (kontrak, jual, beli standar kualitas) dan Jasa lain (pergudangan, konsultan, asuransi).

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda