Sabtu, 22 Maret 2025
Beranda / Berita / Tgk. Akmal Abzal: Jejak Abu Razak, Warisan Relasi untuk Aceh Mandiri

Tgk. Akmal Abzal: Jejak Abu Razak, Warisan Relasi untuk Aceh Mandiri

Kamis, 20 Maret 2025 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Tgk. Akmal Abzal, S.HI, mantan Komisioner KIP Aceh dan Pimpinan Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Al Anshar Kayee Lee. Foto: for Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - H. Kamaruddin Abubakar (Abu Razak), Sekretaris Jenderal Partai Aceh (DPP PA) dan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh, meninggal dunia pada Rabu pagi, 19 Maret 2025, pukul 06.00 waktu Arab Saudi. Kabar duka tersebut menyebar cepat, mengundang duka mendalam dari berbagai kalangan di Aceh dan nasional. Almarhum mengembuskan napas terakhirnya di Mekkah, Arab Saudi, tepat di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah.

Tgk. Akmal Abzal, S.HI, mantan Komisioner KIP Aceh dan Pimpinan Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Al Anshar Kayee Lee, Kecamatan Ingin Jaya, menyampaikan testimoni mendalam tentang almarhum.

“Abu Razak adalah sosok yang familiar dan mudah berkomunikasi. Meski profesi kami berbeda, beliau sangat rendah hati, mudah bergaul, dan menghargai setiap lawan bicara,” kenang Tgk. Akmal bercerita kepada Dialeksis.com (20/03/2025).

Ia menambahkan, kemampuan Abu Razak dalam menjalin relasi lintas sektor menjadi ciri khas yang dikenang banyak pihak.

“Beliau tidak hanya aktif di politik, tetapi juga di dunia olahraga dan sosial. Ini menunjukkan keluasan jaringan dan visinya untuk Aceh,” ujarnya.

Menurut Tgk. Akmal, ada sejumlah nilai teladan yang patut diwarisi dari almarhum. “Keluwesan dalam bergaul, kekuatan silaturrahmi, serta kepekaan atas dinamika sosial - politik Aceh adalah karakter yang melekat pada diri Abu Razak. Semangat juangnya tinggi, dan jaringan yang dibangunnya dengan elit lokal hingga nasional menjadi warisan berharga,” paparnya.

Ia menekankan, jaringan yang telah digagas Abu Razak perlu diteruskan generasi penerus. “Pondasi ini harus ditindaklanjuti agar hubungan harmonis Aceh dengan Jakarta tetap terjaga. Ini kunci untuk mewujudkan Aceh mandiri di bidang ekonomi, sosial, dan pembangunan,” tegas Tgk. Akmal.

Kepergian Abu Razak, menurut Tgk. Akmal, meninggalkan ruang kosong yang perlu diisi dengan semangat serupa.

“Kita ikhlaskan kepergiannya, tetapi karakter terpuji beliau harus terus dilahirkan. Konsep perjuangan Aceh sebagai nanggroe yang mandiri harus tetap hidup,” tuturnya.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat Aceh tidak hanya berduka, tetapi mengambil hikmah dari perjalanan hidup almarhum.

“Allah memuliakan Abu Razak dengan wafat di Mekkah, di bulan Ramadhan. Ini pertanda kemuliaan dan doa kita semua agar beliau diterima di surga-Nya,” ungkap Tgk. Akmal dengan haru.

Kepergian Abu Razak bukan akhir dari perjuangan, melainkan pemicu untuk melanjutkan estafet yang telah dirintis. Seperti disampaikan Tgk. Akmal, “Semoga keteladanan Abu Razak menginspirasi generasi muda Aceh untuk menjaga silaturrahmi, memperkuat jaringan, dan tetap peka terhadap dinamika tanah air.”

Selamat jalan, Abu Razak. Semoga amal ibadahmu diterima, dan tempat terbaik di sisi-Nya menjadi ganjaranmu.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dishes