kip lhok
Beranda / Berita / Wajib Tau Para Arkeologi, Ini Lima Peninggalan Zaman Mesolitikum

Wajib Tau Para Arkeologi, Ini Lima Peninggalan Zaman Mesolitikum

Selasa, 02 Januari 2024 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Zaman mesolitikum. Foto: twitter.com/minaritwce


DIALEKSIS.COM | Referensi - Zaman batu adalah masa yang ditandai dengan kebiasaan manusia purba yang membuat senjata atau perkakas dari bahan batu. Namun, pernahkah detikers mendengar zaman mesolitikum? Ini adalah salah satu dari empat periodisasi zaman batu.

Mengutip dari buku Modul Pembelajaran SMA: Sejarah Indonesia Kelas X karya Veni Rosfenti, zaman mesolitikum atau yang juga dikenal dengan zaman batu madya diperkirakan berlangsung sejak masa Holosen awal, yakni setelah berakhirnya zaman es. Salah satu pendukung dalam masa ini adalah Homo Sapiens yang diyakini sebagai manusia cerdas.

Untuk sisa peninggalan Homo Sapiens berupa fosil manusia purba yang banyak ditemukan di wilayah Sumatra, jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores. Selain itu, zaman ini juga dikenal dengan beberapa peninggalan kunonya. Apa saja?

5 Peninggalan Zaman Mesolitikum

Dalam buku IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah) karya Nana Supriatna dkk, ciri utama peradaban zaman mesolitikum ini adalah kebiasaan manusia purba yang saat itu sudah menetap dan tinggal di gua yang disebut abris sous roche setelah ribuan tahun berpindah-pindah.

Para ahli pun menyebutkan bahwa zaman ini berlangsung kurang lebih 20.000 tahun silam dan perkembangan yang lebih cepat dari zaman batu tua karena terdapat pendukung Homo Sapiens sebagai manusia yang cerdas.

Selain itu, adapun pada zaman mesolitikum dikenali dengan beberapa peninggalannya saat itu. Berikut adalah beberapa peninggalan dari zaman mesolitikum yang dikutip dari beberapa sumber, seperti Modul Pembelajaran SMA: Sejarah Indonesia Kelas X karya Veni Rosfenti, buku Sejarah Indonesia dan Dunia karya Vedra Octa Samira dkk.

1. Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger adalah peninggalan kuno yang paling terkenal dari zaman Mesolitikum. Istilah tersebut berasal dari bahasa Denmark, yakni kjokken yang artinya dapur, dan modding yang berarti sampah.

Peninggalan ini berupa tumpukan sampah dapur yang terdiri dari cangkang dan cangkang siput yang membentuk tumpukan tinggi hingga 7 meter. Dalam penemuannya, kjokkenmoddinger dapat dijumpai sepanjang pantai timur Sumatera, dari Langsa di Aceh hingga Medan.

Tumpukan ini pun diyakini terbentuk dari sisa-sisa makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat yang menetap di sekitar pantai, menumpuk dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2. Abris Sous Roche

Abris sous roche merupakan istilah yang merujuk pada gua-gua yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh manusia purba pada zaman Mesolitikum. Gua-gua ini berfungsi sebagai perlindungan dari cuaca buruk dan hewan buas.

Bukti keberadaan manusia di tempat ini terlihat dari perkakas seperti ujung panah, flakes, batu penggilingan, serta perkakas dari tulang dan tanduk yang ditemukan di dalam gua.

Penelitian awal terhadap Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di gua Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur.

Adapun alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.

3. Kapak Sumatra (Pebble)

Kapak Sumatra (Pebble) adalah jenis kapak bulat yang terbuat dari batu kali yang dibelah dua. Kapak ini umumnya ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera, dari Langsa (Aceh) hingga Medan. Bentuknya sudah cukup sempurna dan dibuat dengan kehalusan tertentu. Bahan untuk membuatnya berasal dari batu kali yang dipecah-pecah.

4. Kapak Pendek (Hachecourt)

Selain itu kapak Sumatra, Von Callensels juga menemukan kapak pendek setelah melakukan penyelidikan terhadap Kjokkenmoddinger. Kapak pendek juga memiliki ukuran yang lebih pendek dari kapak sumatera, sehingga disebut kapak pendek (hachecourt) yang penggunaannya dengan cara digenggam.

5. Batu Pipisan

Melansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), batu Pipisan pada zaman Mesolitikum digunakan sebagai alat untuk menghaluskan biji-bijian, ramuan tumbuhan, atau oksida besi yang digunakan sebagai pewarna.

Batu pipisan yang ditemukan di Jawa menjadi bukti bahwa orang-orang Mesolitikum telah menggunakan alat ini untuk memproses makanan mereka. Alat ini berupa alat penggiling dengan permukaan rata yang digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk menghaluskan cat merah yang berasal dari tanah.

Demikian ulasan terkait apa saja peninggalan yang berasal dari zaman mesolitikum. Selamat belajar! [detik.com]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda