Beranda / Data / Sumatra: Jejak Pulau Emas dalam Naskah Kuno Dunia

Sumatra: Jejak Pulau Emas dalam Naskah Kuno Dunia

Minggu, 04 Agustus 2024 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Peta Willem Lodewijcksz menggambarkan Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Sejak awal Masehi, Sumatra dikenal sebagai Pulau Emas. Foto: Willem Lodewijcksz/Koleksi Bertelle Gallery


DIALEKSIS.COM | Nasional - Kisah tentang pulau emas telah lama menjadi legenda yang menggoda imajinasi manusia. Namun, siapa sangka bahwa pulau yang digambarkan dalam naskah-naskah kuno ribuan tahun lalu ternyata bukan sekadar fiksi? Pulau emas itu nyata, dan menariknya, berada di Indonesia.

Dari India hingga Yunani, dari Romawi hingga Tiongkok, cerita tentang tanah yang berlimpah emas telah beredar selama berabad-abad. Naskah India kuno seperti Ramayana menyebut Suvarnabhumi, "tanah emas" yang terletak di seberang lautan. Sementara itu, teks Yunani dan Romawi dari abad pertama Masehi dengan spesifik menunjuk ke arah khatulistiwa.

O.W. Wolters, dalam bukunya "Kebangkitan dan Kejayaan Sriwijaya Abad III-VII" (2017), menegaskan bahwa berbagai catatan ini menjadi bukti popularitas Asia Tenggara, khususnya Sumatra, sebagai sumber emas yang krusial bagi peradaban kuno.

Ketika era penjelajahan samudera tiba pada abad ke-15, misteri pulau emas pun mulai terungkap. Sumatra, pulau besar di barat Indonesia, ternyata adalah tanah yang dimaksud dalam legenda-legenda kuno tersebut.

William Marsden, dalam "The History of Sumatra" (1811), mencatat bahwa pada abad ke-19, Padang menerima 283 kilogram emas dari 1.200 tambang di pedalaman. Setiap tambang diperkirakan bernilai ekonomis satu juta gulden - angka yang fantastis untuk masa itu.

Lebih menakjubkan lagi, Denys Lombard dalam "Kerajaan Aceh" (1986) mengungkapkan bahwa kerajaan Aceh memiliki 300 tambang emas yang konon menghasilkan emas 24 karat tanpa henti. Agustin de Beaulie, pengamat Eropa, bahkan melaporkan bahwa di Aceh, emas kadang ditemukan bergumpal di lapisan tanah.

Era kolonialisme membawa eksploitasi besar-besaran terhadap kekayaan emas Sumatra. Belanda, yang awalnya tertarik pada rempah-rempah, kini melirik potensi emas sebagai sumber pendapatan baru yang menggiurkan.

Tak hanya penjajah, penduduk lokal pun mulai mengolah dan memperdagangkan emas. Dari sinilah lahir para pengusaha pribumi yang kelak memberikan sumbangsih besar bagi pembangunan Indonesia pasca kemerdekaan.

Meski saat ini produksi emas Sumatra tak lagi sedahsyat masa lampau, jejak sejarahnya tetap abadi. Pulau ini menjadi bukti nyata bahwa kadang, legenda bisa menjadi kenyataan - dan kenyataan itu bisa jauh lebih menakjubkan dari yang pernah dibayangkan. [cnbcindonesia]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda