Minggu, 18 Mei 2025
Beranda / Data / Survei: Anak Muda Global Semakin Tinggalkan Agama Warisan

Survei: Anak Muda Global Semakin Tinggalkan Agama Warisan

Sabtu, 17 Mei 2025 20:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Kantor Pew Research Center. Foto: net


DIALEKSIS.COM | Gayahidup - Sebuah laporan terbaru dari Pew Research Center mengungkapkan fenomena pergeseran keyakinan di kalangan generasi muda global. Berdasarkan survei terhadap hampir 80.000 orang dewasa di 36 negara, semakin banyak anak muda meninggalkan agama yang diwariskan orang tua mereka, beralih menjadi ateis, agnostik, atau tidak berafiliasi dengan agama apa pun. 

Temuan ini menandai gelombang sekulerisasi yang signifikan, terutama di negara-negara dengan tradisi agama kuat seperti Kristen dan Buddha.

Survei menunjukkan bahwa perpindahan agama atau kepercayaan paling banyak terjadi di Asia Timur, Eropa Barat, dan Amerika. Korea Selatan menempati posisi tertinggi, dengan 50% penduduk dewasa tidak lagi menganut agama masa kecilnya. 

Diikuti oleh Spanyol (40%), Kanada (38%), Swedia (37%), dan Belanda (36%). Sementara itu, negara seperti India, Israel, Nigeria, dan Thailand mencatat tingkat loyalitas agama tertinggi 95% atau lebih penduduknya tetap memeluk agama sejak kecil.

Mayoritas yang meninggalkan agama warisan masuk dalam kategori religiously unaffiliated mengidentifikasi diri sebagai ateis (tidak percaya Tuhan), agnostik (percaya kekuatan tertinggi tanpa mengakui institusi agama), atau sekadar tidak beragama. Di Italia, 24% penduduk dewasa telah memutus hubungan dengan agama masa kecil, dengan 21% di antaranya kini menyatakan diri ateis, agnostik, atau netral. Swedia juga mencatat 29% mantan penganut Kristen yang kini tidak lagi terikat dengan agama.

Agama Buddha mengalami penurunan signifikan di Jepang (23%) dan Korea Selatan (13%), di mana mantan penganutnya kini memilih tidak berafiliasi. Sementara itu, di negara-negara dengan mayoritas Kristen, seperti AS (28%) dan Brasil (21%), banyak generasi muda memilih jalan serupa. Namun, tidak semua perpindahan berarti menjauhi agama. 

Sebanyak 9% penduduk Korea Selatan yang tumbuh tanpa agama kini memeluk keyakinan baru, terutama Kristen. Di Singapura dan Afrika Selatan, sekitar 10-13% penduduk justru beralih antar-agama.

Tren ini didominasi oleh generasi muda berusia 18-34 tahun. Di Singapura, 29% anak muda mengadopsi agama berbeda dari orang tua, sementara di Spanyol, 48% generasi muda meninggalkan agama warisan jauh lebih tinggi dibanding kelompok usia 50+ tahun (36%). Kolombia juga mencatat kesenjangan serupa: 34% anak muda berpindah keyakinan, berbanding 14% pada kelompok lebih tua. Data ini menguatkan temuan bahwa sekulerisme mulai menguat sejak usia 20-an dan terus berkembang seiring waktu.

Meski Kristen dan Buddha kehilangan penganut, agama lain tetap bertahan di wilayah tertentu. Islam masih dominan di enam negara survei, termasuk Indonesia dan Nigeria, sementara Hinduisme bertahan kuat di India. Pew Research menekankan bahwa temuan ini mewakili 36 negara, bukan seluruh dunia. Namun, laporan ini memberi gambaran jelas tentang perubahan lanskap religius global, khususnya di kalangan generasi muda yang semakin kritis terhadap identitas keagamaan warisan.

Perubahan ini tidak hanya mencerminkan kebebasan memilih keyakinan, tetapi juga tantangan bagi institusi agama tradisional untuk tetap relevan. Seiring arus globalisasi dan akses informasi, generasi muda tampaknya lebih memilih spiritualitas personal ketimbang doktrin yang diwariskan. Apakah tren ini akan terus menguat? Pew Research menyatakan, jawabannya bergantung pada dinamika sosial, politik, dan budaya di tiap negara.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
diskes
hardiknas