Minggu, 01 Juni 2025
Beranda / Liputan Khusus / Diaspora / Figur Orang Aceh di Logo Kota Salem AS Diminta Hapus, Apa Pandangan Anda?

Figur Orang Aceh di Logo Kota Salem AS Diminta Hapus, Apa Pandangan Anda?

Kamis, 23 Januari 2025 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Reza Idria

Logo Kota Salem AS yang memuat figur seorang pedagang yang diduga kuat adalah bangsawan Aceh, Po Adam. [Foto: net]


DIALEKSIS.COM | Diaspora - Minggu ini, tepatnya 23 Januari 2025, Gugus Tugas (Task Force) yang dibentuk oleh Walikota dan Dewan Kota Salem, Massachusetts, Amerika Serikat, mengadakan pertemuan perdana untuk membahas polemik terkait logo kota mereka. 

Logo ini telah digunakan sejak 1836 dan memuat figur seorang pedagang yang diduga kuat adalah bangsawan Aceh, Po Adam. Sosok ini menjadi sahabat dekat Joseph Peabody, seorang pedagang lada terkemuka di Salem pada masanya.

Hubungan Aceh dan Salem sendiri tercatat jauh sebelum Amerika Serikat merdeka, dengan 179 pelayaran kapal dari Amerika ke Aceh antara tahun 1654 hingga 1846. Bahkan, Salem menjadi kota yang kaya karena perdagangan lada dari Sumatra.

Sebagai seorang akademisi yang pernah mengunjungi Salem selama program doktoral saya di Harvard, saya merasa bangga mengetahui pedagang Aceh menjadi simbol kota ini. Informasi ini saya peroleh langsung dari pemandu lokal saat mengunjungi Friendship, replika kapal dagang Amerika yang pernah dibajak di Kuala Batee.

Namun, bangga saja tidak cukup. Pada Oktober 2024, saya dikejutkan oleh kabar bahwa logo tersebut tengah dipertimbangkan untuk diubah. Sebuah petisi mengklaim bahwa gambar tersebut bersifat “rasis” dan “mereduksi identitas etnis menjadi satu gambar.” Petisi ini menimbulkan perdebatan publik yang akhirnya memaksa Dewan Kota membentuk Gugus Tugas untuk mengkaji ulang sejarah dan makna logo tersebut.

Menariknya, klaim bahwa figur dalam logo adalah karikatur Asia Timur bertentangan dengan fakta sejarah dan kepercayaan masyarakat Salem selama hampir dua abad. Figur tersebut diyakini sebagai pedagang rempah asal Sumatra dari abad ke-17 hingga ke-18. Pada November lalu, bersama sejumlah sejarawan Aceh dan Prof. Feener dari Salem, kami berdiskusi di ICAIOS dan sepakat bahwa tuntutan penghapusan logo ini tidak berdasar.

Kelompok yang menilai gambar tersebut sebagai “disrespectful and exoticizing” mungkin lupa bahwa hubungan Aceh dan Salem melampaui sekadar logo. Ikatan ini tercatat dalam sejarah panjang, termasuk solidaritas pasca-tsunami Aceh 2004, di mana masyarakat Massachusetts menggalang dana untuk membantu korban bencana.

Saya percaya bahwa keputusan yang akan diambil Gugus Tugas Salem seharusnya tidak didasarkan pada tekanan kelompok tertentu yang tidak memahami sejarah yang diwakili logo tersebut. Diplomasi budaya dengan melibatkan pandangan Indonesia, khususnya Aceh, perlu dilakukan agar keputusan yang diambil lebih komprehensif.

Lantas, apakah figur pedagang Aceh di logo Kota Salem harus dipertahankan? Jika Anda mendukung, mari diskusikan, cari referensi tambahan, dan jika perlu, buat petisi untuk menyuarakan pentingnya menjaga warisan sejarah ini. Salam hormat dari Aceh! [**]

Penulis: Reza Idria, S.H.I., M.A., Ph.D.

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
hardiknas