Selasa, 24 Juni 2025
Beranda / Berita / Dunia / AS Terlibat dalam Konflik Iran-Israel, Akademisi Uncen Bongkar Motifnya

AS Terlibat dalam Konflik Iran-Israel, Akademisi Uncen Bongkar Motifnya

Selasa, 24 Juni 2025 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen), Made Selly Dwi Suryanti. Foto: doc Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Jayapura - Keterlibatan militer Amerika Serikat dalam konflik bersenjata antara Israel dan Iran kembali mengundang sorotan luas dari kalangan pengamat politik internasional. Salah satunya datang dari akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen), Made Selly Dwi Suryanti, yang menilai langkah Washington tersebut tak lepas dari kepentingan strategis jangka panjang Amerika sendiri, baik secara global maupun domestik.

Menurut Made Selly, keterlibatan Amerika tidak sekadar bentuk solidaritas terhadap Israel, tetapi mencerminkan sejumlah kepentingan utama yang selama ini menjadi fondasi kebijakan luar negeri AS.

"Jika kita amati lebih jauh, AS tidak pernah benar - benar netral dalam konflik di Timur Tengah, apalagi ketika menyangkut Israel," ujarnya kepada Dialeksis saat dihubungi, Selasa (24/6/2025).

Selly sapaan akrab menjelaskan, hubungan historis dan strategis antara Amerika Serikat dan Israel menjadi alasan pertama dan paling jelas atas langkah intervensi militer yang diambil Washington.

"Amerika dan Israel sudah lama menjalin aliansi yang kuat, khususnya dalam sektor pertahanan dan ekonomi militer. Ketika Israel mendapat serangan, tentu AS merasa berkewajiban untuk merespons demi menjaga kredibilitasnya sebagai sekutu," paparnya.

Dukungan militer terhadap Israel, menurutnya, juga menjadi simbol bahwa AS masih memegang peran sentral dalam menjaga stabilitas kawasan yang dianggap vital bagi kepentingannya.

Lebih jauh, dosen hubungan internasional ini juga menyoroti aspek ekonomi global sebagai motif penting di balik keputusan AS untuk turun tangan.

“Jangan lupa, jalur pengiriman minyak dunia seperti Selat Hormuz sangat dekat dengan wilayah konflik. Jika Iran memutuskan untuk memblokade jalur ini, maka harga minyak dunia bisa melonjak tajam, dan itu akan berdampak besar pada perekonomian global, termasuk Amerika sendiri,” jelas Selly alumni Universitas Gadjah Mada ini.

Menurutnya, dalam konteks ini, intervensi militer bukan hanya soal solidaritas atau kekuatan, tetapi juga bentuk “asuransi geopolitik” bagi kelangsungan energi dunia, khususnya bagi negara-negara Barat.

idak kalah penting, Selly menekankan bahwa kebijakan luar negeri Amerika juga selalu berkaitan erat dengan dinamika politik domestik mereka. Dukungan terhadap Israel bukan hanya bersifat strategis, tetapi juga ideologis dan politis.

“Basis pendukung Israel di dalam negeri AS sangat kuat, baik di Kongres maupun di berbagai kelompok kepentingan yang memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan luar negeri. Jadi, bisa dikatakan bahwa dukungan militer ini juga memiliki efek elektoral dan simbolik di dalam negeri,” jelasnya.

Terakhir, Selly menyebut langkah AS ini sebagai bentuk unjuk kekuatan militer dan upaya mempertegas posisi sebagai aktor dominan di panggung global.

“Dalam konflik besar seperti ini, AS tidak ingin kehilangan momen untuk menunjukkan bahwa mereka masih aktor utama dalam sistem internasional. Ini soal menjaga hegemoni dan membuktikan pada dunia bahwa Amerika masih punya pengaruh militer dan politik yang tak bisa diremehkan,” tegasnya.

Menurutnya, manuver militer ini juga menjadi pesan strategis bagi negara-negara lain seperti Tiongkok dan Rusia, bahwa AS masih sangat aktif dalam menentukan arah konflik global, terutama yang menyangkut kawasan strategis seperti Timur Tengah.

Dalam pandangan Selly, keterlibatan AS dalam konflik Iran - Israel tidak bisa dipisahkan dari pola klasik kebijakan luar negeri Amerika yang senantiasa didorong oleh kepentingan strategis baik dalam hal geopolitik, ekonomi, maupun kalkulasi politik domestik.

“Konflik ini tidak hanya memperlihatkan tragedi kemanusiaan di Timur Tengah, tetapi juga mempertontonkan bagaimana kekuatan besar dunia memainkan perannya untuk memastikan kepentingannya tetap aman,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    dpra