Bank Dunia Sebut Malaysia Lebih Tangguh Hadapi Corona
Font: Ukuran: - +
Malaysia saat menghadapi Corona (AP Photo/Vincent Thian)
DIALEKSIS.COM | Malaysia - Bank Dunia menyebut Malaysia akan sangat terdampak oleh imbas wabah Corona (COVID-19). Namun, ada banyak faktor yang membuat Malaysia lebih tangguh ketimbang banyak negara lain.
Seperti dilansir New Straits Times, Rabu (15/4/2020) Kepala ekonom Bank Dunia Malaysia Richard Record mengatakan Malaysia memiliki struktur ekonomi yang beragam. Selain itu, Malaysia juga punya rekam jejak yang baik dalam mengelola ekonomi makronya.
Dijelaskan oleh Record, Malaysia juga memiliki pasar modal domestik yang matang, lembaga keuangan yang mumpuni dan pengalaman dalam merespons krisis.
"Sementara tantangan ke depan belum pernah terjadi sebelumnya, karena alasan-alasan itulah negara ini berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi badai," ujar Record.
Selain itu, Record mengatakan dampak ekonomi dari wabah COVID-19 akan sangat tergantung pada bagaimana Malaysia mengelola tantangan ganda, yakni menekan pandemi sekaligus melindungi rumah tangga yang rentan, UKM dan struktur ekonomi yang lebih luas.
Record menuturkan, dibandingkan dengan negara-negara lain, paket stimulus yang dikeluarkan Malaysia sebesar RM 260 miliar terbilang cukup besar karena bagiannya dari produk domestik bruto (PDB) sekitar 17 persen.
Namun, ia mengingatkan bahwa stimulus bergantung pada langkah-langkah non-fiskal. Terutama terkait penangguhan pembayaran pinjaman dan penarikan dari kontribusi dana pensiun warga.
"Stimulus komponen fiskal relatif sederhana, mencerminkan tingkat ruang fiskal yang tersedia di negara itu serta dampak dari penurunan harga minyak pada pendapatan pemerintah. Injeksi fiskal langsung dari stimulus adalah RM35 miliar (sekitar 2,3 persen dari PDB) dan diprioritaskan untuk transfer warga negara langsung, " paparnya.
Jika diperlukan, lanjut Record, Malaysia bisa memperluas paket stimulus. Dia berharap ada tiga kemungkinan untuk menciptakan lebih banyak ruang fiskal.
Pertama, opsi untuk melakukan penyesuaian pada pos pengeluaran operasional. Kedua, tambahan pendapatan bukan pajak dapat dinaikkan untuk mendanai pengeluaran stimulus tambahan, seperti dividen tambahan dari perusahaan yang terkait dengan pemerintah atau penjualan aset fisik.
Ketiga, intervensi Parlemen dapat mencabut sementara pembatasan pada tingkat dan penggunaan yang mengatur manajemen utang publik.
"Dalam semua ini, pemerintah harus hati-hati mengalokasikan sumber daya tambahan untuk kebutuhan pengeluaran prioritas dengan menjaga kredibilitas kelembagaan jangka menengah negara dalam manajemen fiskal," katanya.