China Kirim Jet Tempur ke Blok Gas Malaysia
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Militer China dilaporkan telah mengganggu operasional lapangan gas Malaysia di perairan Laut China Selatan (LCS) dalam beberapa pekan terakhir. China bahkan menerjunkan pesawat tempurnya di dekat wilayah blok Kasawari yang berada dalam teritori Malaysia, awal Juni kemarin.
"Pada 1 Juni, tepat sebelum pekerjaan konstruksi di Kasawari dimulai, 16 pesawat militer China mendekati dalam jarak 60 mil laut dari Sarawak terbang dalam formasi taktis," ujar Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) dalam laporan terbarunya yang rilis 7 Juli, dikutip Jumat (9/7/2021).
AMTI menambahkan bahwa hal ini menunjukkan komitmen Negeri Tirai Bambu dalam mempertahankan klaim sembilan garis putus-putus di LCS, di mana juga mencakup wilayah eksplorasi gas itu.
"Ini menunjukkan lagi kegigihan Beijing dalam menantang kegiatan minyak dan gas tetangganya di dalam zona ekonomi eksklusif yang mereka klaim sendiri," kata AMTI.
"Dan patroli udara, yang kemungkinan bukan kebetulan, menunjukkan kesediaan Beijing untuk terlibat dalam eskalasi untuk menekan claimant state lain agar mundur."
Blok Kawasari sendiri adalah area eksplorasi minyak milik perusahaan energi nasional Malaysia, Petronas. Kawasari hingga saat ini sedang dalam pengembangan produksi setelah ditemukan sekitar tiga triliun kaki kubik sumber daya gas di wilayah itu. Pada tahun 2023, Kasawari diharapkan menghasilkan hingga 900 juta kaki kubik per hari.
Aksi ini bukanlah yang pertama dilakukan oleh China. Menurut AMTI sebuah kapal China juga mengganggu rig pengeboran minyak di lepas pantai Malaysia pada November lalu.
LCS merupakan jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia dengan beberapa negara terletak di bibir lautan itu. Seperti Brunei, Kamboja,China, Indonesia,Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Lautan itu diyakini sebagai perairan yang kaya hasil alam, terutama migas dan ikan.
China bersikukuh mengklaim sekitar 90% dari lautan itu dalam apa yang disebut sebagai "sembilan garis putus-putus". Ini mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi). Klaim tersebut telah menimbulkan ketegangan politik di kawasan.
Sementara itu belum ada komentar China soal laporan ini. Malaysia juga belum memberi pernyataan baru.[CNBC Indonesia]