Beranda / Berita / Dunia / Defisit AS Bengkak, Rupiah Tertekan

Defisit AS Bengkak, Rupiah Tertekan

Rabu, 20 November 2024 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Bendera AS berkibar di Capitol di Washington. (Foto: AP)


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Bank Indonesia (BI) memprediksi pemerintah Amerika Serikat (AS) akan meningkatkan utang seiring dengan pelebaran defisit fiskalnya. Kondisi ini dinilai dapat memberikan dampak negatif terhadap ekonomi Indonesia.

"Perkiraan kami, defisit fiskal AS tahun depan bisa melebar hingga 7,7% dari PDB, naik dibandingkan proyeksi sebelumnya yang hanya 6,5%. Kebijakan ini bertujuan mendorong ekonomi domestik mereka," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (20/11/2024).

Perry menjelaskan, pelebaran defisit fiskal tersebut akan memicu kenaikan yield surat utang AS (US Treasury/UST). Untuk tenor 2 tahun, yield yang sebelumnya berada di level 3,7% telah meningkat menjadi 4,3% dan diproyeksikan mencapai 4,5% pada 2025.

"Untuk UST tenor 10 tahun, yang sempat turun beberapa waktu lalu, kini naik lagi ke 4,4% dan diperkirakan meningkat hingga 4,7% pada tahun depan akibat kebijakan fiskal ekspansif," tambah Perry.

Situasi ini berpotensi menarik kembali arus modal ke AS. Sebelumnya, aliran modal global mulai mengalir ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Investasi portofolio ke AS menjadi lebih menarik karena yield yang tinggi. Ini membuat modal kembali ke sana dan menyebabkan dolar AS menguat," jelasnya.

Penguatan dolar AS memberikan tekanan pada mata uang negara-negara lain, termasuk rupiah. Data Refinitiv menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah 0,22% terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu (20/11/2024), berada di level Rp15.860 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp15.820 hingga Rp15.870 per dolar AS.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda