kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Duka Berat Israel, Putra Gadi Eizenkot Tewas Dalam Pertempuran di Jalur Gaza

Duka Berat Israel, Putra Gadi Eizenkot Tewas Dalam Pertempuran di Jalur Gaza

Sabtu, 09 Desember 2023 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Pemimpin partai oposisi Yair Lapid memposting foto Eisenkot dan putranya berpelukan sambil mengenakan seragam. [Foto: IDF spokesperson's unit via Maariv]


DIALEKSIS.COM | Dunia - Putra menteri kabinet Israel dan mantan panglima militer, Gadi Eizenkot, tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza. Militer Israel tidak memberikan rincian pasti tentang kematian Gal Meir Eizenkot (25 tahun), selain mengatakan dia tewas dalam pertempuran di Gaza utara.

“Bersama seluruh Israel, saya menyampaikan dukungan saya kepada Gadi dan seluruh keluarganya, serta pelukan erat. Kami semua berkomitmen untuk terus berjuang demi tujuan suci kematian Gal,” kata pemimpin Partai Persatuan Nasional, Benny Gantz dalam sebuah pernyataan, Kamis (7/12/2023).

Eizenkot dan Gantz, yang juga mantan panglima militer, bergabung dengan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak lama setelah serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober yang memicu serangan udara, darat, dan laut Israel di Jalur Gaza Palestina. Dalam pesan belasungkawa, Netanyahu mengatakan dia sangat sedih atas kematian Gal di medan perang.

Tidak hanya itu, puluhan perwira dan tentara penjajah telah tewas di tangan para pejuang. Hamas telah menghancurkan secara keseluruhan atau sebagian dari 410 unit peralatan militer Israel di Jalur Gaza, kata anggota biro politik Hamas, Osama Hamdan.

"Telah didokumentasikan bahwa sejak dimulainya agresi di Jalur Gaza, lebih dari 410 unit peralatan militer Zionis telah dihancurkan seluruhnya atau sebagian, puluhan tentara dan perwira tentara penjajah dan komandan brigade telah terbunuh," kata Hamdan dalam sebuah pernyataan di Telegram, Kamis (7/12/2023).

Abu Ubaida, juru bicara Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas, mengatakan bahwa brigade tersebut telah menghancurkan 135 unit peralatan militer Israel selama tiga hari terakhir saja. Pada tanggal 1 Desember, IDF (pasukan Israel) menuduh Hamas melanggar gencatan senjata dan mengumumkan bahwa mereka memulai kembali operasi militer di Jalur Gaza. 

Serangan Israel berfokus ke Gaza tengah dan Gaza selatan. Serangan Israel dibalas Hamas dengan serangan yang sulit diprediksi. Israel hanya bisa menewaskan dan menangkap warga sipil, sementara Hamas langsung menyasar prajurit Israel dan kendaraan tempur mereka. 

Israel membalas dengan semakin banyak warga sipil Palestina yang tewas. Israel terus melakukan pengeboman dan bersumpah untuk memusnahkan kelompok perlawanan Palestina Hamas di Gaza. Lebih dari 17.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober. Sementara sekitar 1,9 juta orang, atau 85 persen dari populasi telah mengungsi.

Netanyahu mengatakan, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas tidak akan memerintah Jalur Gaza selama Netanyahu menjabat sebagai perdana menteri. Sky News melaporkan, sumber-sumber Palestina mengatakan bahwa, Abbas telah mengkonfirmasi kesiapan Otoritas Palestina untuk mengambil alih pemerintahan Gaza dan Tepi Barat setelah berakhirnya perang Israel di daerah kantong tersebut.“Selama saya menjadi perdana menteri Israel, hal ini tidak akan terjadi," ujar Netanyahu menanggapi laporan Sky News.

"Mereka yang membesarkan anak-anak mereka dengan terorisme, mendanai terorisme, dan mendukung keluarga teroris tidak akan bisa memerintah Gaza setelah Hamas dilenyapkan,” ujar Netanyahu.

Pada Selasa (5/12/2023) malam, Netanyahu mengatakan, Gaza harus didemiliterisasi setelah perang berakhir. Dia menambahkan, satu-satunya kekuatan yang bertanggung jawab atas hal tersebut adalah tentara Israel, dan tidak ada pengaturan lain yang dapat diterima.

Netanyahu mengklaim bahwa ia tidak akan mengulangi kesalahan yang dilakukan berdasarkan Perjanjian Oslo. “Merupakan kesalahan besar untuk mengembalikan hal yang paling bermusuhan di dunia Arab dan Palestina ke pusat Tanah Israel,” katanya.

Netanyahu menyebut kepergian awal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) ke Tunisia, sebagai keputusan paling tepat. Netanyahu mengklaim, kesalahan besar adalah mengizinkan organisasi tersebut kembali pada 1994 melalui Otoritas Palestina, berdasarkan Perjanjian Oslo pada 1993. Netanyahu menekankan perlunya Israel memiliki kendali keamanan atas seluruh Jalur Gaza untuk memastikan bahwa entitas teroris tidak muncul di tahun-tahun mendatang.

Pernyataan Netanyahu bertentangan dengan posisi Amerika Serikat (AS) yang berulang kali mengatakan bahwa Otoritas Palestina harus kembali ke Gaza. Presiden AS Joe Biden dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken telah berulang kali menekankan agar Otoritas Palestina kembali memerintah Jalur Gaza setelah perang Israel berakhir. Usulan Amerika dan Israel didasarkan pada asumsi bahwa perang genosida yang diumumkan di Jalur Gaza akan melenyapkan Hamas, pada saat tentara Israel menderita kerugian besar di Gaza. 

Kegagalan Israel

Media Israel, Channel 13 telah merilis tentang manifestasi kegagalan otoritas pendudukan Israel dalam mencapai tujuan serangan mereka di Gaza. Channel 13 melaporkan, Israel belum mencapai tujuan mereka di Gaza dan belum berhasil memulangkan seluruh sandera.

“Israel belum mencapai tujuan yang ditetapkan, karena belum berhasil memulangkan seluruh sandera dan belum mampu menyelesaikan konfrontasi dengan Hamas, yang masih menahan 138 tahanan,” kata Channel 13.

Channel 13 melaporkan, Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober dengan infiltrasi mengejutkan dari darat, laut, dan udara. Israel mengklaim 1.200 orang yang terdiri dari tentara dan pemukim Yahudi meninggal dunia dalam serangan itu.

Israel membalas serangan Hamas dengan membombardir Gaza yang telah berlangsung selama dua bulan. Sekitar 90 tentara Israel telah tewas sejak dimulainya operasi darat di Jalur Gaza, sementara 10.000 orang terluka sejak awal perang. Selain itu, 11 tentara tewas dalam konfrontasi di perbatasan utara dengan Hizbullah Lebanon.

Channel 13 menyebutkan bahwa, Pemerintah Israel gagal memberikan laporan yang kredibel sejak 7 Oktober. Surat kabar Israel, Haaretz, telah mengkonfirmasi bahwa helikopter tempur dan tank Angkatan Pertahanan Israel sebenarnya telah membunuh sebagian besar warga sipil ketika Hamas menyerang. [republika.id/Rizky/Amri]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda