DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pemerintah militer Myanmar belum memberikan pernyataan resmi terkait kerusakan pascagempa yang mengguncang wilayah tengah negara tersebut. Namun, otoritas setempat dilaporkan telah memberlakukan status darurat di sejumlah daerah terdampak. Sementara itu, di Thailand, gempa memicu kerusakan signifikan di Bangkok, memaksa pemerintah kota menetapkan ibu kota sebagai daerah bencana pada Jumat (28/03/2025).
Di Bangkok, setidaknya tiga orang tewas dan puluhan pekerja dievakuasi dari reruntuhan gedung pencakar langit yang ambruk. Institut Kedokteran Darurat Nasional Thailand mengonfirmasi upaya penyelamatan masih berlangsung. Sementara di Myanmar, tiga korban jiwa dilaporkan akibat sebagian runtuhnya sebuah masjid, seperti disaksikan dua warga setempat.
Tiga mal ikonik di pusat Bangkok Siam Paragon, Siam Center, dan Siam Discovery ditutup sementara untuk inspeksi keselamatan. Seluruh pengunjung dan staf telah dievakuasi dengan selamat, menurut pernyataan Siam Piwat Group, operator mal tersebut.
Joe Freeman, peneliti Myanmar di Amnesty International, menyebut gempa ini sebagai yang terparah dalam beberapa tahun terakhir bagi Myanmar. Ia menekankan bahwa krisis diperburuk oleh konflik bersenjata pasca - kudeta 2021, yang telah mengakibatkan lebih dari tiga juta orang mengungsi.
"Lebih dari sepertiga populasi membutuhkan bantuan kemanusiaan tahun ini. Namun, akses bantuan ke wilayah konflik seperti Myanmar Tengah yang diduga menjadi episentrum sering dihambat militer," ujarnya. Freeman juga memperingatkan bahwa keterbatasan akses media berisiko mengaburkan gambaran nyata dampak gempa.
Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan kerusakan berat di sekitar Negara Bagian Mandalay, Nay Pyi Taw, Bago, Magway, Sagaing, dan Shan.
"Laporan awal menunjukkan infrastruktur hancur dan kebutuhan mendesak akan bantuan logistik, medis, serta tempat tinggal darurat," kata juru bicara OCHA. Tim PBB masih mengumpulkan data untuk merespons secara efektif.
Bursa Saham Thailand (SET) menghentikan seluruh aktivitas perdagangan sesi Jumat sore, termasuk di pasar alternatif (MAI) dan berjangka (TFEX). Keputusan ini diambil menyusul insiden gempa dan tekanan dari kebijakan tarif otomotif AS. Indeks SET tercatat turun 1,05% ke level terendah dalam seminggu, yakni 1.175,45 poin.
Sementara upaya evakuasi dan penilaian kerusakan terus berlangsung, kedua negara masih menghadapi ketidakpastian. Respons kemanusiaan di Myanmar dikhawatirkan terhambat oleh konflik politik yang berkepanjangan, sementara Thailand berfokus pada pemulihan infrastruktur dan ekonomi.