Minggu, 11 Mei 2025
Beranda / Berita / Dunia / Indonesia-Denmark Bahas Pemanfaatan Angin Lepas Pantai untuk EBT

Indonesia-Denmark Bahas Pemanfaatan Angin Lepas Pantai untuk EBT

Sabtu, 10 Mei 2025 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Pemerintah Kerajaan Denmark berkomitmen meningkatkan kerjasama di bidang penataan ruang laut (marine spatial planning/MSP) dan pemanfaatan angin lepas pantai (offshore wind) untuk mendukung program energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. [Foto: dok. KKP]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Pemerintah Kerajaan Denmark berkomitmen meningkatkan kerjasama di bidang penataan ruang laut (marine spatial planning/MSP). Keduanya membahas pemanfaatan angin lepas pantai (offshore wind) untuk mendukung program energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. 

KKP bersama Kedutaan Besar Denmark untuk Indonesia pada Senin 5 April lalu menggelar Workshop on Marine Spatial Planning & Offshore Wind Permitting di Jakarta. Kegiatan tersebut membahas pengembangan energi terbarukan dengan memanfaatkan sumber daya angin lepas pantai. Denmark memiliki pengalaman di bidang tersebut selama lebih dari 3 dekade.

Direktur Jenderal Penataan Ruang Laut Kartika Listriana menyebutkan Denmark merupakan mitra strategis bagi Indonesia, dalam penataan ruang laut. 

“Kerja sama MSP selama ini mendukung dan berkontribusi pada perencanaan wilayah di Indonesia untuk memastikan pemanfaatan sumberdaya laut secara berkelanjutan. Salah satu yang potensial saat ini pemanfaatan energi terbarukan berbasis kelautan,” ujar Kartika dalam siaran pers yang dilansir pada Sabtu (10/5/2025).

Pemerintah Indonesia sendiri saat ini telah mengembangkan MSP selama lebih dari 2 dekade meliputi perencanaan ruang laut, pemanfaatan ruang laut, pengendalian dan pemanfaatan ruang laut, pengawasan penataan ruang laut, dan pembinaan penataan ruang laut. 

Pembangunan energi terbarukan offshore wind akan menjadi langkah maju pelaksanaan MSP di Indonesia. Pengembangan ini dapat mendukung program prioritas KKP untuk pembangunan ekonomi biru serta memberikan manfaat nyata bagi penataan ruang laut Indonesia.

Head of Energy Cooperation, Danish Energy Agency (DEA) August Axel Zacharie mengungkapkan, Denmark telah berhasil mengintegrasikan energi terbarukan, dengan lebih dari 50 persen listrik yang berasal dari tenaga angin dan surya. 

“Industri angin lepas pantai Denmark mempekerjakan lebih dari 30 ribu orang dengan pendapatan sekitar 10 Miliar Euro,” ungkap August.

Sementara itu Plt. Direktur Pemanfaatan Ruang Kolom Perairan dan Dasar Laut Didit Eko Prasetiyo mengungkapkan mekanisme pemanfaatan ruang laut untuk mendukung pembangunan instalasi energi terbarukan wind offshore di Indonesia. 

Akan dua kegiatan yang memerlukan perizinan berusaha, yakni untuk instalasi turbin angin itu sendiri dan penggelaran kabel bawah laut dari turbin ke landing point untuk transmisi tenaga listriknya.

“Terkait offshore wind, izin dasar pemanfaatan ruang laut melalui KKP (KKPRL) sedangkan untuk perizinan berusahanya dapat melalui Kementerian ESDM, dengan lebih dulu mendapatkan persetujuan kabel bawah laut dari PLN,” ungkap Didit.

Terobosan dalam Penataan Ruang Laut

Dalam penataan ruang laut, pemerintah melakukan berbagai terobosan di antaranya teknologi digital dalam sistem pemantauan laut atau Ocean Monitoring System (OMS) yang akan diimplementasikan di 20 lokasi kawasan konservasi di Indonesia hingga tahun 2029.

 KKP juga mengembangkan lokasi prioritas perencanaan ruang laut, rencana zonasi untuk ekosistem biru, perencanaan ruang perairan darat, penguatan peran Indonesia dalam MSP Global, serta integrasi penataan ruang darat dan laut untuk mendukung One Spatial Planning Policy. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
diskes
hardiknas