kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Iran Bombardir Israel, Timur Tengah di Ujung Tanduk

Iran Bombardir Israel, Timur Tengah di Ujung Tanduk

Rabu, 02 Oktober 2024 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Sistem pertahanan udara Israel menangkal gempuran rudal Iran di Kota Ashelon, Selasa (01/10). Foto: Reuters


DIALEKSIS.COM | Jerusalem - Iran melancarkan serangan besar-besaran menggunakan rudal ke Israel pada Selasa (1/10/2024), hanya beberapa jam setelah Gedung Putih mengeluarkan peringatan tentang rencana serangan yang "segera" akan dilakukan Teheran.

Di langit Yerusalem, beberapa rudal berhasil diintersepsi, sementara banyak lainnya tampak terus melaju ke arah pesisir dan wilayah tengah Israel. Warga di tepi Kota Tua menyaksikan pemandangan yang belum pernah terjadi sebelumnya: rudal-rudal melintasi langit, diiringi suara ledakan di kejauhan.

Sekitar 10 menit kemudian, gelombang kedua rudal terdeteksi melintasi kota dari arah yang berbeda. Upaya intersepsi menciptakan kilatan terang di langit, disertai suara ledakan keras.

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari, dalam pidatonya yang disiarkan televisi menyatakan bahwa Iran telah menembakkan sekitar 200 roket. Meskipun demikian, tidak ada laporan korban jiwa di darat. Hagari menambahkan bahwa untuk saat ini tampaknya tidak ada lagi ancaman senjata dari Iran, namun Israel tetap dalam keadaan siaga.

Serangan ini merupakan pembalasan Iran atas serangkaian serangan Israel terhadap Iran dan milisi yang didukungnya di seluruh Timur Tengah, termasuk Hizbullah. Sebelumnya pada April, Iran telah melakukan serangan serupa menggunakan: 170 pesawat nirawak, 30 rudal jelajah, 120 rudal balistik. Sebagian besar serangan tersebut berhasil ditangkal oleh Israel dan sekutunya sebelum mencapai target.

Gedung Putih sebelumnya telah memperingatkan adanya "indikasi bahwa Iran sedang bersiap meluncurkan serangan rudal balistik terhadap Israel dalam waktu dekat." Seorang pejabat Gedung Putih menegaskan dukungan aktif mereka untuk persiapan defensif Israel, sambil memperingatkan "konsekuensi berat" bagi Iran.

Menanggapi situasi ini, Kedutaan Besar AS di Yerusalem mengeluarkan imbauan kepada seluruh pegawai dan keluarga mereka untuk berlindung di tempat hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Eskalasi ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran akan pecahnya perang antara Israel dan Iran. Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyerukan gencatan senjata segera dan memperingatkan bahwa perang regional akan berdampak sangat besar bagi Timur Tengah dan ekonomi global.

Sementara itu, Amerika Serikat memberikan dukungan hati-hati terhadap operasi Israel. Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, menyetujui perlunya "membongkar infrastruktur serangan Hizbullah di sepanjang perbatasan."

Israel juga telah memulai Operasi Panah Utara, sebuah serangan darat ke Lebanon selatan, yang merupakan operasi berkelanjutan pertama Israel di Lebanon sejak 2006. Sekitar 30 desa di Lebanon selatan telah dievakuasi, dengan penduduk diminta mengungsi ke utara Sungai Awali, sekitar 55 kilometer dari garis perbatasan.

Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, menggambarkan situasi ini sebagai "tahap paling berbahaya dalam sejarah Lebanon," dengan sekitar 1 juta warga Lebanon telah mengungsi akibat konflik ini.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda